Prabowo Subianto dan 100 Hari Pemerintahan: Menakar Diplomasi dan Arah Kebijakan

Last Updated: January 23, 2025By Tags: , ,

Jakarta, SOFUND.news – Jelang 100 hari masa pemerintahannya, Presiden RI Prabowo Subianto telah aktif mengukuhkan posisi Indonesia di panggung dunia melalui kunjungan kerja ke delapan negara strategis: China, Inggris, Amerika Serikat (AS), Brazil, Peru, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Malaysia. Lawatan tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang membawa manfaat langsung bagi Indonesia, seperti investasi baru dan dukungan terhadap program sosial, termasuk penyediaan makanan bergizi gratis bagi masyarakat.

Langkah diplomatik Prabowo dinilai oleh Sukamta, anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, sebagai sinyal perbedaan dari era Presiden ke-7 Joko Widodo. Prabowo ingin menunjukkan bahwa pemerintahannya lebih aktif merespons isu global dan berkomitmen mendukung perdamaian dunia di tengah ketidakstabilan geopolitik. Dia menyoroti ajakan Indonesia bergabung dalam berbagai organisasi internasional, seperti OECD, CPTPP, IPEF, dan BRICS. Menurutnya, kunjungan ke China dan AS memiliki kepentingan strategis di kawasan Indo-Pasifik, sementara lawatan ke negara lain bertujuan mempererat hubungan bilateral dan memperkuat kerja sama internasional.

Namun, Sukamta menegaskan bahwa dampak dari kunjungan ini belum bisa diukur sepenuhnya dalam waktu 100 hari. Investasi dan kerja sama yang terjalin memerlukan tindak lanjut teknis yang lebih konkret untuk membuahkan hasil nyata.

Sementara itu, pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah memandang Prabowo sebagai pemimpin visioner yang mengedepankan strategi jangka panjang. Teuku mencatat bahwa pilihan kunjungan ke China dan AS didasarkan pada pertimbangan geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi, sedangkan lawatan ke Brazil dan Peru bertujuan menghadiri pertemuan tingkat tinggi global yang membuka jalur komunikasi langsung dengan pengambil kebijakan internasional. Kunjungan ke UEA, lanjutnya, bertujuan memastikan kelanjutan investasi yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan, sementara hubungan dengan Inggris diharapkan memperkuat dampak global Indonesia melalui kerangka Commonwealth of Nations.

Selain itu menurut Teuku, dengan langsung turun tangan, Prabowo menunjukkan kesiapannya bernegosiasi dalam menyelesaikan masalah bilateral, regional dan global.

Dalam negeri, momentum 100 hari kerja Presiden Prabowo-Gibran menjadi perhatian MPR RI. Ketua MPR Ahmad Muzani mengungkapkan rencana konsultasi dengan Presiden untuk membahas berbagai persoalan negara.

Terkait potensi perombakan kabinet, Muzani menegaskan bahwa reshuffle merupakan hak prerogatif presiden. Mengenai kasus yang melibatkan beberapa menteri, dia menyebut hal tersebut sebagai bagian dari upaya penyempurnaan sistem pemerintahan. Muzani juga menilai bahwa segala masukan publik dapat menjadi bahan introspeksi untuk memastikan pemerintah tetap berada di jalur positif.

Dalam waktu singkat, kepemimpinan Prabowo telah memperlihatkan dinamika baru, baik di kancah internasional maupun domestik. Di tengah dinamika geopolitik global dan tantangan domestik, kepemimpinan Prabowo Subianto menunjukkan pendekatan yang aktif, visioner, dan berorientasi jangka panjang. Lawatan internasional yang dilakukannya mempertegas komitmen Indonesia dalam memperkuat posisi strategis di arena global sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Keberhasilan langkah-langkah ini bergantung pada konsistensi tindak lanjut serta respons terhadap berbagai kritik dan masukan dari publik.(Courtesy picture:TimDokumentasiSetpres)

Prabowo Subianto dan 100 Hari Pemerintahan: Menakar Diplomasi dan Arah Kebijakan

Last Updated: January 23, 2025By Tags: , ,

Jakarta, SOFUND.news – Jelang 100 hari masa pemerintahannya, Presiden RI Prabowo Subianto telah aktif mengukuhkan posisi Indonesia di panggung dunia melalui kunjungan kerja ke delapan negara strategis: China, Inggris, Amerika Serikat (AS), Brazil, Peru, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Malaysia. Lawatan tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang membawa manfaat langsung bagi Indonesia, seperti investasi baru dan dukungan terhadap program sosial, termasuk penyediaan makanan bergizi gratis bagi masyarakat.

Langkah diplomatik Prabowo dinilai oleh Sukamta, anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, sebagai sinyal perbedaan dari era Presiden ke-7 Joko Widodo. Prabowo ingin menunjukkan bahwa pemerintahannya lebih aktif merespons isu global dan berkomitmen mendukung perdamaian dunia di tengah ketidakstabilan geopolitik. Dia menyoroti ajakan Indonesia bergabung dalam berbagai organisasi internasional, seperti OECD, CPTPP, IPEF, dan BRICS. Menurutnya, kunjungan ke China dan AS memiliki kepentingan strategis di kawasan Indo-Pasifik, sementara lawatan ke negara lain bertujuan mempererat hubungan bilateral dan memperkuat kerja sama internasional.

Namun, Sukamta menegaskan bahwa dampak dari kunjungan ini belum bisa diukur sepenuhnya dalam waktu 100 hari. Investasi dan kerja sama yang terjalin memerlukan tindak lanjut teknis yang lebih konkret untuk membuahkan hasil nyata.

Sementara itu, pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah memandang Prabowo sebagai pemimpin visioner yang mengedepankan strategi jangka panjang. Teuku mencatat bahwa pilihan kunjungan ke China dan AS didasarkan pada pertimbangan geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi, sedangkan lawatan ke Brazil dan Peru bertujuan menghadiri pertemuan tingkat tinggi global yang membuka jalur komunikasi langsung dengan pengambil kebijakan internasional. Kunjungan ke UEA, lanjutnya, bertujuan memastikan kelanjutan investasi yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan, sementara hubungan dengan Inggris diharapkan memperkuat dampak global Indonesia melalui kerangka Commonwealth of Nations.

Selain itu menurut Teuku, dengan langsung turun tangan, Prabowo menunjukkan kesiapannya bernegosiasi dalam menyelesaikan masalah bilateral, regional dan global.

Dalam negeri, momentum 100 hari kerja Presiden Prabowo-Gibran menjadi perhatian MPR RI. Ketua MPR Ahmad Muzani mengungkapkan rencana konsultasi dengan Presiden untuk membahas berbagai persoalan negara.

Terkait potensi perombakan kabinet, Muzani menegaskan bahwa reshuffle merupakan hak prerogatif presiden. Mengenai kasus yang melibatkan beberapa menteri, dia menyebut hal tersebut sebagai bagian dari upaya penyempurnaan sistem pemerintahan. Muzani juga menilai bahwa segala masukan publik dapat menjadi bahan introspeksi untuk memastikan pemerintah tetap berada di jalur positif.

Dalam waktu singkat, kepemimpinan Prabowo telah memperlihatkan dinamika baru, baik di kancah internasional maupun domestik. Di tengah dinamika geopolitik global dan tantangan domestik, kepemimpinan Prabowo Subianto menunjukkan pendekatan yang aktif, visioner, dan berorientasi jangka panjang. Lawatan internasional yang dilakukannya mempertegas komitmen Indonesia dalam memperkuat posisi strategis di arena global sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Keberhasilan langkah-langkah ini bergantung pada konsistensi tindak lanjut serta respons terhadap berbagai kritik dan masukan dari publik.(Courtesy picture:TimDokumentasiSetpres)