Jejak Politik Rieke Diah Pitaloka: Dari Nasihat Gus Dur hingga Berlabuh di PDIP

Last Updated: February 17, 2025By Tags: , ,

Jakarta, Sofund.news – Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengungkapkan perjalanan politiknya hingga bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Keputusan tersebut tidak diambil secara tiba-tiba, melainkan berakar dari pesan yang pernah disampaikan oleh Presiden Ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Sosok ulama kharismatik itu berperan besar dalam membentuk jalan politik Rieke, yang awalnya merupakan aktivis muda dan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sejak awal, Rieke kerap mengikuti berbagai pertemuan dengan Gus Dur di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bersama sejumlah tokoh seperti Nusron Wahid dan Abdullah Azwar Anas. Ia bahkan sering diajak ke berbagai tempat untuk berdoa bersama Gus Dur. Namun, titik balik dalam kehidupannya terjadi saat Gus Dur jatuh sakit. Rieke yang sangat mengagumi sosoknya merasa terpukul dan sering menemaninya saat menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dalam percakapan mereka, Gus Dur mengungkapkan harapannya untuk menyatukan Asia Afrika hingga Asia Pasifik.

Suatu hari, dalam keadaan sakit, Gus Dur menyampaikan keprihatinannya bahwa ia mungkin tidak akan sembuh. Ia pun berpesan kepada Rieke agar tidak meninggalkan dunia politik. Saat itu, Rieke belum berpikir serius tentang karier politiknya. Namun, Gus Dur dengan tegas menyarankannya untuk mencari Megawati Soekarnoputri dan bergabung dengannya.

Berpegang pada nasihat tersebut, Rieke mulai mencari jalan untuk bertemu dengan Ketua Umum PDIP itu. Kesempatan akhirnya datang melalui bantuan Taufik Kiemas, suami Megawati. Seiring waktu, ia resmi menjadi bagian dari PDIP dan semakin memahami peran besar Megawati dalam membangun sistem jaminan sosial nasional. Rieke menyoroti bahwa Megawati adalah presiden pertama yang memperjuangkan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang ditandatangani pada hari terakhir masa jabatannya sebagai presiden.

Meski tidak lagi menjabat, Megawati tetap berkomitmen untuk melindungi rakyat dari lahir hingga meninggal dunia melalui lima skema jaminan sosial: kesehatan, kecelakaan kerja, pensiun, hari tua, dan kematian. Undang-undang tersebut kemudian menjadi landasan bagi lahirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Lebih dari itu, Rieke merasa bahwa Megawati adalah figur pemimpin yang tangguh. Ia mengungkapkan bahwa di bawah bimbingan Megawati, dirinya benar-benar ditempa untuk menjadi politisi yang kuat. Menurutnya, Megawati bisa menunjukkan ketegasan yang luar biasa, bahkan dengan kemarahan yang mendidik. Namun, bagi mereka yang mampu memahami dengan rasionalitas dan ketulusan hati, hal tersebut adalah bentuk pembelajaran.

Dalam politik, Rieke menyadari bahwa prinsip utama yang selalu diajarkan oleh Megawati adalah tidak boleh terbawa perasaan atau baper. Politik, menurutnya, adalah soal prinsip dan ideologi yang harus dijalankan sebagai working ideology atau ideologi yang bekerja. Sebagai partai politik, PDIP harus mampu menghasilkan keputusan politik yang berorientasi pada pembangunan berbasis bukti (evidence-based policy). Dengan prinsip tersebut, kebijakan yang dihasilkan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Melalui perjalanan panjangnya, Rieke semakin memahami bahwa politik bukan sekadar permainan kekuasaan, melainkan medan perjuangan untuk melahirkan kebijakan yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat. Dengan tetap berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan oleh Gus Dur dan Megawati, ia terus berkontribusi dalam dunia politik Indonesia.(Courtesy picture:dok.Rieke Diah Pitaloka)

Jejak Politik Rieke Diah Pitaloka: Dari Nasihat Gus Dur hingga Berlabuh di PDIP

Last Updated: February 17, 2025By Tags: , ,

Jakarta, Sofund.news – Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengungkapkan perjalanan politiknya hingga bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Keputusan tersebut tidak diambil secara tiba-tiba, melainkan berakar dari pesan yang pernah disampaikan oleh Presiden Ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Sosok ulama kharismatik itu berperan besar dalam membentuk jalan politik Rieke, yang awalnya merupakan aktivis muda dan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sejak awal, Rieke kerap mengikuti berbagai pertemuan dengan Gus Dur di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bersama sejumlah tokoh seperti Nusron Wahid dan Abdullah Azwar Anas. Ia bahkan sering diajak ke berbagai tempat untuk berdoa bersama Gus Dur. Namun, titik balik dalam kehidupannya terjadi saat Gus Dur jatuh sakit. Rieke yang sangat mengagumi sosoknya merasa terpukul dan sering menemaninya saat menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dalam percakapan mereka, Gus Dur mengungkapkan harapannya untuk menyatukan Asia Afrika hingga Asia Pasifik.

Suatu hari, dalam keadaan sakit, Gus Dur menyampaikan keprihatinannya bahwa ia mungkin tidak akan sembuh. Ia pun berpesan kepada Rieke agar tidak meninggalkan dunia politik. Saat itu, Rieke belum berpikir serius tentang karier politiknya. Namun, Gus Dur dengan tegas menyarankannya untuk mencari Megawati Soekarnoputri dan bergabung dengannya.

Berpegang pada nasihat tersebut, Rieke mulai mencari jalan untuk bertemu dengan Ketua Umum PDIP itu. Kesempatan akhirnya datang melalui bantuan Taufik Kiemas, suami Megawati. Seiring waktu, ia resmi menjadi bagian dari PDIP dan semakin memahami peran besar Megawati dalam membangun sistem jaminan sosial nasional. Rieke menyoroti bahwa Megawati adalah presiden pertama yang memperjuangkan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang ditandatangani pada hari terakhir masa jabatannya sebagai presiden.

Meski tidak lagi menjabat, Megawati tetap berkomitmen untuk melindungi rakyat dari lahir hingga meninggal dunia melalui lima skema jaminan sosial: kesehatan, kecelakaan kerja, pensiun, hari tua, dan kematian. Undang-undang tersebut kemudian menjadi landasan bagi lahirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Lebih dari itu, Rieke merasa bahwa Megawati adalah figur pemimpin yang tangguh. Ia mengungkapkan bahwa di bawah bimbingan Megawati, dirinya benar-benar ditempa untuk menjadi politisi yang kuat. Menurutnya, Megawati bisa menunjukkan ketegasan yang luar biasa, bahkan dengan kemarahan yang mendidik. Namun, bagi mereka yang mampu memahami dengan rasionalitas dan ketulusan hati, hal tersebut adalah bentuk pembelajaran.

Dalam politik, Rieke menyadari bahwa prinsip utama yang selalu diajarkan oleh Megawati adalah tidak boleh terbawa perasaan atau baper. Politik, menurutnya, adalah soal prinsip dan ideologi yang harus dijalankan sebagai working ideology atau ideologi yang bekerja. Sebagai partai politik, PDIP harus mampu menghasilkan keputusan politik yang berorientasi pada pembangunan berbasis bukti (evidence-based policy). Dengan prinsip tersebut, kebijakan yang dihasilkan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Melalui perjalanan panjangnya, Rieke semakin memahami bahwa politik bukan sekadar permainan kekuasaan, melainkan medan perjuangan untuk melahirkan kebijakan yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat. Dengan tetap berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan oleh Gus Dur dan Megawati, ia terus berkontribusi dalam dunia politik Indonesia.(Courtesy picture:dok.Rieke Diah Pitaloka)