Emas di Ambang Rekor Baru: Optimisme dan Ketidakpastian di Tengah Gejolak Global
Sofund.news – Harga emas dunia menunjukkan stabilitas pada perdagangan hari Rabu, di tengah meningkatnya perhatian investor terhadap pembicaraan damai antara Amerika Serikat dan Rusia terkait perang di Ukraina. Keputusan pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk melanjutkan diskusi lebih lanjut dengan Rusia memunculkan harapan akan adanya solusi diplomatik, yang berpotensi memengaruhi pasar emas.
Dikutip dari CNBC, harga emas spot bertahan di level USD 2.938,13 per ons pada pukul 08:31 GMT, hanya terpaut USD 4 dari rekor tertinggi sepanjang masa yang tercatat di USD 2.942,70 pada pekan sebelumnya. Meskipun mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pergerakan harga emas masih tertahan karena perundingan awal antara AS dan Rusia tidak menghasilkan langkah konkret untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Menurut Ajay Kedia, direktur di Kedia Commodities, situasi geopolitik saat ini masih memberikan dukungan bagi harga emas. Namun, jika kesepakatan damai mulai terlihat lebih jelas, maka harga emas berpotensi mengalami tekanan akibat aksi ambil untung. Kedia memperkirakan harga emas akan menghadapi batas resistensi di sekitar USD 2.970 dan batas dukungan di kisaran USD 2.890.
Pemerintahan Trump telah mengonfirmasi bahwa lebih banyak pertemuan akan diadakan dengan Rusia guna membahas kemungkinan mengakhiri perang di Ukraina. Menariknya, pembicaraan awal ini dilakukan tanpa kehadiran perwakilan dari Kyiv maupun Eropa.
Emas tetap menjadi aset lindung nilai utama terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik. Pasar kini menantikan rilis risalah pertemuan Federal Reserve bulan Januari yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kebijakan suku bunga bank sentral AS sepanjang tahun ini. Analis dari ANZ menyebut bahwa ketidakpastian makroekonomi yang muncul selama pemerintahan Trump dapat mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai instrumen diversifikasi aset mereka.
Pergerakan Harga Emas dan Ekspektasi Pasar
Pekan kedua Februari 2025 menjadi periode volatil bagi emas, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk data inflasi, kebijakan ekonomi, ancaman tarif perdagangan, serta perkembangan geopolitik. Namun, tekanan terhadap harga emas mulai mereda seiring dengan perubahan strategi investor yang lebih selektif dalam mengambil posisi di pasar.
Harga emas di pasar spot memulai pekan dengan level USD 2.863,31 per ons sebelum melonjak ke USD 2.880 pada tengah malam Waktu Timur. Saat pasar Amerika Utara dibuka, harga kembali naik ke USD 2.905. Seiring berjalannya waktu, emas akhirnya mencapai level tertinggi USD 2.940 per ons. Sepanjang pekan, level USD 2.900 menjadi titik pertahanan kuat bagi harga emas, meskipun tetap mengalami fluktuasi akibat rilis data ekonomi serta berbagai pernyataan dari pembuat kebijakan global.
Dengan memasuki pekan ketiga Februari 2025, pertanyaan yang muncul di benak para pelaku pasar adalah bagaimana prospek emas ke depan?
Analis Pasar Tetap Optimis terhadap Kinerja Emas
Survei terbaru dari Kitco News mengungkap bahwa para analis pasar tetap optimis terhadap prospek emas, meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai potensi pergerakan harga dalam waktu dekat. Sebagian analis meyakini bahwa tren kenaikan masih akan berlanjut, sementara yang lain memprediksi adanya jeda sebelum emas akhirnya menembus level psikologis USD 3.000.
James Stanley, ahli strategi di Forex.com, menilai bahwa tren kenaikan harga emas masih sangat kuat. Ia memperkirakan kemungkinan terjadinya koreksi kecil sebelum emas kembali menguji level USD 3.000.
Sementara itu, Colin Cieszynski dari SIA Wealth Management bersikap lebih netral terhadap prospek emas dalam jangka pendek. Menurutnya, setelah mengalami kenaikan yang signifikan, harga emas kemungkinan akan memasuki fase konsolidasi sebelum melanjutkan tren naiknya.
Adrian Day, presiden Adrian Day Asset Management, melihat bahwa momentum kenaikan emas masih cukup kuat. Rich Checkan dari Asset Strategies International juga sependapat, menegaskan bahwa ketidakpastian global serta data inflasi terbaru masih mendukung posisi emas sebagai aset lindung nilai yang menarik bagi investor.
Darin Newsom dari Barchart.com turut optimis terhadap emas, menilai bahwa logam mulia ini tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakstabilan pasar. Sementara itu, Carsten Fritsch dari Commerzbank meyakini bahwa harga emas masih memiliki potensi untuk terus naik, terutama dengan semakin dekatnya level psikologis USD 3.000.
Meski demikian, Fritsch juga mengingatkan bahwa risiko koreksi tetap ada, mengingat harga emas telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa waktu terakhir.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat berbagai faktor yang berpotensi memengaruhi harga emas, tren jangka panjang masih menunjukkan bahwa emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik di tengah dinamika ekonomi global. Kini, perhatian pasar tertuju pada pergerakan selanjutnya, dengan level USD 3.000 menjadi target utama bagi para investor dan analis di seluruh dunia.(Courtesy picture:Ilustrasi emas)
Emas di Ambang Rekor Baru: Optimisme dan Ketidakpastian di Tengah Gejolak Global
Sofund.news – Harga emas dunia menunjukkan stabilitas pada perdagangan hari Rabu, di tengah meningkatnya perhatian investor terhadap pembicaraan damai antara Amerika Serikat dan Rusia terkait perang di Ukraina. Keputusan pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk melanjutkan diskusi lebih lanjut dengan Rusia memunculkan harapan akan adanya solusi diplomatik, yang berpotensi memengaruhi pasar emas.
Dikutip dari CNBC, harga emas spot bertahan di level USD 2.938,13 per ons pada pukul 08:31 GMT, hanya terpaut USD 4 dari rekor tertinggi sepanjang masa yang tercatat di USD 2.942,70 pada pekan sebelumnya. Meskipun mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pergerakan harga emas masih tertahan karena perundingan awal antara AS dan Rusia tidak menghasilkan langkah konkret untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Menurut Ajay Kedia, direktur di Kedia Commodities, situasi geopolitik saat ini masih memberikan dukungan bagi harga emas. Namun, jika kesepakatan damai mulai terlihat lebih jelas, maka harga emas berpotensi mengalami tekanan akibat aksi ambil untung. Kedia memperkirakan harga emas akan menghadapi batas resistensi di sekitar USD 2.970 dan batas dukungan di kisaran USD 2.890.
Pemerintahan Trump telah mengonfirmasi bahwa lebih banyak pertemuan akan diadakan dengan Rusia guna membahas kemungkinan mengakhiri perang di Ukraina. Menariknya, pembicaraan awal ini dilakukan tanpa kehadiran perwakilan dari Kyiv maupun Eropa.
Emas tetap menjadi aset lindung nilai utama terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik. Pasar kini menantikan rilis risalah pertemuan Federal Reserve bulan Januari yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kebijakan suku bunga bank sentral AS sepanjang tahun ini. Analis dari ANZ menyebut bahwa ketidakpastian makroekonomi yang muncul selama pemerintahan Trump dapat mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai instrumen diversifikasi aset mereka.
Pergerakan Harga Emas dan Ekspektasi Pasar
Pekan kedua Februari 2025 menjadi periode volatil bagi emas, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk data inflasi, kebijakan ekonomi, ancaman tarif perdagangan, serta perkembangan geopolitik. Namun, tekanan terhadap harga emas mulai mereda seiring dengan perubahan strategi investor yang lebih selektif dalam mengambil posisi di pasar.
Harga emas di pasar spot memulai pekan dengan level USD 2.863,31 per ons sebelum melonjak ke USD 2.880 pada tengah malam Waktu Timur. Saat pasar Amerika Utara dibuka, harga kembali naik ke USD 2.905. Seiring berjalannya waktu, emas akhirnya mencapai level tertinggi USD 2.940 per ons. Sepanjang pekan, level USD 2.900 menjadi titik pertahanan kuat bagi harga emas, meskipun tetap mengalami fluktuasi akibat rilis data ekonomi serta berbagai pernyataan dari pembuat kebijakan global.
Dengan memasuki pekan ketiga Februari 2025, pertanyaan yang muncul di benak para pelaku pasar adalah bagaimana prospek emas ke depan?
Analis Pasar Tetap Optimis terhadap Kinerja Emas
Survei terbaru dari Kitco News mengungkap bahwa para analis pasar tetap optimis terhadap prospek emas, meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai potensi pergerakan harga dalam waktu dekat. Sebagian analis meyakini bahwa tren kenaikan masih akan berlanjut, sementara yang lain memprediksi adanya jeda sebelum emas akhirnya menembus level psikologis USD 3.000.
James Stanley, ahli strategi di Forex.com, menilai bahwa tren kenaikan harga emas masih sangat kuat. Ia memperkirakan kemungkinan terjadinya koreksi kecil sebelum emas kembali menguji level USD 3.000.
Sementara itu, Colin Cieszynski dari SIA Wealth Management bersikap lebih netral terhadap prospek emas dalam jangka pendek. Menurutnya, setelah mengalami kenaikan yang signifikan, harga emas kemungkinan akan memasuki fase konsolidasi sebelum melanjutkan tren naiknya.
Adrian Day, presiden Adrian Day Asset Management, melihat bahwa momentum kenaikan emas masih cukup kuat. Rich Checkan dari Asset Strategies International juga sependapat, menegaskan bahwa ketidakpastian global serta data inflasi terbaru masih mendukung posisi emas sebagai aset lindung nilai yang menarik bagi investor.
Darin Newsom dari Barchart.com turut optimis terhadap emas, menilai bahwa logam mulia ini tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakstabilan pasar. Sementara itu, Carsten Fritsch dari Commerzbank meyakini bahwa harga emas masih memiliki potensi untuk terus naik, terutama dengan semakin dekatnya level psikologis USD 3.000.
Meski demikian, Fritsch juga mengingatkan bahwa risiko koreksi tetap ada, mengingat harga emas telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa waktu terakhir.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat berbagai faktor yang berpotensi memengaruhi harga emas, tren jangka panjang masih menunjukkan bahwa emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik di tengah dinamika ekonomi global. Kini, perhatian pasar tertuju pada pergerakan selanjutnya, dengan level USD 3.000 menjadi target utama bagi para investor dan analis di seluruh dunia.(Courtesy picture:Ilustrasi emas)