No Other Land dan Film Pemenang Oscar Lainnya Siap Tayang di Bioskop dan KlikFilm

Last Updated: March 5, 2025By Tags: , ,

Sofund.news – Film dokumenter No Other Land, yang baru saja memenangkan Piala Oscar 2025 untuk kategori Best Documentary Feature Film, akan segera tayang di bioskop Indonesia mulai 7 Maret 2025. Kabar ini dikonfirmasi oleh KlikFilm melalui media sosial mereka pada Rabu (5/3). Film ini akan dirilis bersamaan dengan tiga film pemenang Oscar lainnya, yaitu I’m Still HereFlow, dan The Substance.

KlikFilm menulis, “I’m Still HereFlowThe Substance, dan juga No Other Land tayang di bioskop secara eksklusif untuk kalian yang ingin merayakan Oscars 2025.” Selain tayang di bioskop, film-film pemenang Oscar ini juga akan tersedia di platform streaming KlikFilm. Flow dan The Substance sudah dapat disaksikan di platform tersebut, sementara No Other Land dan I’m Still Here dijadwalkan tayang beberapa waktu setelah rilis di bioskop. KlikFilm, sebagai platform streaming yang menghadirkan film-film pemenang Oscar, memberikan akses yang lebih luas bagi penonton di Indonesia untuk menikmati karya-karya terbaik dunia. Dengan menayangkan No Other LandI’m Still HereFlow, dan The Substance, KlikFilm tidak hanya merayakan prestasi sinematik, tetapi juga membawa pesan-pesan penting dari film-film tersebut kepada penonton Indonesia.

Sebelum No Other Land, tiga film pemenang Oscar lainnya telah tayang kembali di bioskop mulai Rabu (5/3). I’m Still Here, pemenang Best International Feature Film, Flow, pemenang Best Animated Feature Film, dan The Substance, pemenang Best Makeup and Hairstyling, telah menarik perhatian penikmat film di Indonesia. KlikFilm juga mengumumkan bahwa film-film ini akan tersedia di platform streaming mereka, memberikan kesempatan bagi lebih banyak penonton untuk menikmati karya-karya terbaik tahun ini.

No Other Land adalah film dokumenter panjang yang disutradarai oleh empat aktivis dari Palestina dan Israel, yaitu Basel Adra, Hamdan Ballal, Yuval Abraham, dan Rachel Szor. Film ini mengisahkan perjuangan Basel Adra, seorang aktivis Palestina, yang sejak kecil menentang pemindahan paksa rakyat Palestina oleh militer Israel di Masafer Yatta, sebuah wilayah di Tepi Barat.

Melalui lensa kamera, Basel merekam penghancuran bertahap tempat tinggalnya, di mana tentara Israel merobohkan rumah-rumah dan mengusir para penghuni untuk membangun zona militer. Dalam perjuangannya, Basel bertemu dengan Yuval Abraham, seorang jurnalis investigasi asal Israel yang pro-Palestina. Persahabatan mereka dihadapkan pada tantangan besar, mengingat kehidupan mereka yang sangat kontras: Basel hidup dalam penindasan dan kekerasan, sementara Yuval menikmati kebebasan dan keamanan.

Latar Belakang dan Prestasi No Other Land

No Other Land merupakan produksi kolaborasi antara Palestina dan Norwegia. Film ini pertama kali tayang di Berlin International Film Festival 2024 dan telah memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi sebelum akhirnya meraih Piala Oscar 2025. Film ini tidak hanya menjadi saksi bisu kekerasan dan ketidakadilan, tetapi juga menggambarkan kekuatan persahabatan dan solidaritas di tengah konflik yang berkepanjangan.

Rilisnya No Other Land di bioskop Indonesia menjadi momen penting bagi pecinta film dan aktivis kemanusiaan. Film ini tidak hanya menghadirkan kisah nyata yang memilukan, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan dampak konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Melalui sudut pandang Basel Adra dan Yuval Abraham, No Other Land menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Palestina, sekaligus menunjukkan bahwa persahabatan dan kerja sama lintas batas masih mungkin terjadi.

No Other Land sendiri merupakan contoh nyata bagaimana film dokumenter dapat menjadi alat yang powerful untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Film ini tidak hanya menampilkan kekerasan dan penghancuran, tetapi juga menegaskan pentingnya solidaritas dan upaya kolektif untuk melawan ketidakadilan. Melalui kisah Basel dan Yuval, penonton diajak untuk melihat konflik Israel-Palestina dari sudut pandang yang lebih manusiawi dan empatik.(Courtesy picture: Dok Yabayay)

No Other Land dan Film Pemenang Oscar Lainnya Siap Tayang di Bioskop dan KlikFilm

Last Updated: March 5, 2025By Tags: , ,

Sofund.news – Film dokumenter No Other Land, yang baru saja memenangkan Piala Oscar 2025 untuk kategori Best Documentary Feature Film, akan segera tayang di bioskop Indonesia mulai 7 Maret 2025. Kabar ini dikonfirmasi oleh KlikFilm melalui media sosial mereka pada Rabu (5/3). Film ini akan dirilis bersamaan dengan tiga film pemenang Oscar lainnya, yaitu I’m Still HereFlow, dan The Substance.

KlikFilm menulis, “I’m Still HereFlowThe Substance, dan juga No Other Land tayang di bioskop secara eksklusif untuk kalian yang ingin merayakan Oscars 2025.” Selain tayang di bioskop, film-film pemenang Oscar ini juga akan tersedia di platform streaming KlikFilm. Flow dan The Substance sudah dapat disaksikan di platform tersebut, sementara No Other Land dan I’m Still Here dijadwalkan tayang beberapa waktu setelah rilis di bioskop. KlikFilm, sebagai platform streaming yang menghadirkan film-film pemenang Oscar, memberikan akses yang lebih luas bagi penonton di Indonesia untuk menikmati karya-karya terbaik dunia. Dengan menayangkan No Other LandI’m Still HereFlow, dan The Substance, KlikFilm tidak hanya merayakan prestasi sinematik, tetapi juga membawa pesan-pesan penting dari film-film tersebut kepada penonton Indonesia.

Sebelum No Other Land, tiga film pemenang Oscar lainnya telah tayang kembali di bioskop mulai Rabu (5/3). I’m Still Here, pemenang Best International Feature Film, Flow, pemenang Best Animated Feature Film, dan The Substance, pemenang Best Makeup and Hairstyling, telah menarik perhatian penikmat film di Indonesia. KlikFilm juga mengumumkan bahwa film-film ini akan tersedia di platform streaming mereka, memberikan kesempatan bagi lebih banyak penonton untuk menikmati karya-karya terbaik tahun ini.

No Other Land adalah film dokumenter panjang yang disutradarai oleh empat aktivis dari Palestina dan Israel, yaitu Basel Adra, Hamdan Ballal, Yuval Abraham, dan Rachel Szor. Film ini mengisahkan perjuangan Basel Adra, seorang aktivis Palestina, yang sejak kecil menentang pemindahan paksa rakyat Palestina oleh militer Israel di Masafer Yatta, sebuah wilayah di Tepi Barat.

Melalui lensa kamera, Basel merekam penghancuran bertahap tempat tinggalnya, di mana tentara Israel merobohkan rumah-rumah dan mengusir para penghuni untuk membangun zona militer. Dalam perjuangannya, Basel bertemu dengan Yuval Abraham, seorang jurnalis investigasi asal Israel yang pro-Palestina. Persahabatan mereka dihadapkan pada tantangan besar, mengingat kehidupan mereka yang sangat kontras: Basel hidup dalam penindasan dan kekerasan, sementara Yuval menikmati kebebasan dan keamanan.

Latar Belakang dan Prestasi No Other Land

No Other Land merupakan produksi kolaborasi antara Palestina dan Norwegia. Film ini pertama kali tayang di Berlin International Film Festival 2024 dan telah memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi sebelum akhirnya meraih Piala Oscar 2025. Film ini tidak hanya menjadi saksi bisu kekerasan dan ketidakadilan, tetapi juga menggambarkan kekuatan persahabatan dan solidaritas di tengah konflik yang berkepanjangan.

Rilisnya No Other Land di bioskop Indonesia menjadi momen penting bagi pecinta film dan aktivis kemanusiaan. Film ini tidak hanya menghadirkan kisah nyata yang memilukan, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan dampak konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Melalui sudut pandang Basel Adra dan Yuval Abraham, No Other Land menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Palestina, sekaligus menunjukkan bahwa persahabatan dan kerja sama lintas batas masih mungkin terjadi.

No Other Land sendiri merupakan contoh nyata bagaimana film dokumenter dapat menjadi alat yang powerful untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Film ini tidak hanya menampilkan kekerasan dan penghancuran, tetapi juga menegaskan pentingnya solidaritas dan upaya kolektif untuk melawan ketidakadilan. Melalui kisah Basel dan Yuval, penonton diajak untuk melihat konflik Israel-Palestina dari sudut pandang yang lebih manusiawi dan empatik.(Courtesy picture: Dok Yabayay)