THR: Tradisi Lebaran, Pendorong Ekonomi, dan Cara Bijak Mengelolanya
Jakarta, Sofund.news – Tunjangan Hari Raya (THR) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia. Tradisi ini berupa pemberian uang atau tunjangan kepada karyawan, pekerja, serta asisten rumah tangga menjelang hari raya. Lebih dari sekadar bonus tahunan, THR memiliki dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sejarah pemberian THR di Indonesia berawal pada tahun 1951, ketika pemerintahan Perdana Menteri Soekiman Wirjosandjojo menerapkan kebijakan tunjangan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Awalnya, tunjangan tersebut diberikan dalam bentuk uang muka gaji yang bisa diangsur. Namun, seiring waktu, kebijakan ini berkembang dan mulai diterapkan di sektor swasta. Saat ini, THR telah menjadi hak pekerja dan buruh yang diatur dalam peraturan ketenagakerjaan di Indonesia.
Selain menjadi tradisi, THR memainkan peran penting dalam meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan adanya tunjangan ini, banyak orang memiliki lebih banyak dana untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, seperti membeli pakaian baru, makanan khas hari raya, serta membiayai perjalanan mudik. Kenaikan daya beli ini memberikan dampak positif bagi berbagai sektor, terutama ritel dan pariwisata, yang mengalami peningkatan aktivitas menjelang Lebaran.
Lebih dari sekadar aspek ekonomi, THR juga memiliki nilai sosial dan religius. Tradisi ini mencerminkan semangat berbagi dan kepedulian yang menjadi bagian dari ajaran Islam di bulan Ramadan. Bagi banyak keluarga, THR menjadi faktor penting yang memungkinkan mereka merayakan Lebaran dengan lebih meriah dan penuh makna.
Namun, agar manfaat THR benar-benar terasa, penting untuk mengelolanya dengan bijak. Salah satu cara terbaik adalah dengan membuat rencana anggaran yang jelas. Prioritaskan kebutuhan utama terlebih dahulu, seperti keperluan Lebaran dan kebutuhan keluarga, sebelum membelanjakan untuk hal-hal lain.
Selain digunakan untuk konsumsi, THR juga bisa dimanfaatkan sebagai tabungan atau investasi. Menyisihkan sebagian tunjangan untuk ditabung dapat membantu dalam menghadapi kebutuhan mendesak di masa depan dan mengurangi ketergantungan pada utang. Sementara itu, investasi dapat menjadi pilihan cerdas untuk meningkatkan nilai uang dalam jangka panjang.
Dengan pengelolaan yang tepat, THR bukan hanya menjadi sumber kebahagiaan di momen Lebaran, tetapi juga dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi kesejahteraan finansial di masa mendatang. (Courtesy Picture : Ilustrasi Penulis)
THR: Tradisi Lebaran, Pendorong Ekonomi, dan Cara Bijak Mengelolanya
Jakarta, Sofund.news – Tunjangan Hari Raya (THR) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia. Tradisi ini berupa pemberian uang atau tunjangan kepada karyawan, pekerja, serta asisten rumah tangga menjelang hari raya. Lebih dari sekadar bonus tahunan, THR memiliki dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sejarah pemberian THR di Indonesia berawal pada tahun 1951, ketika pemerintahan Perdana Menteri Soekiman Wirjosandjojo menerapkan kebijakan tunjangan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Awalnya, tunjangan tersebut diberikan dalam bentuk uang muka gaji yang bisa diangsur. Namun, seiring waktu, kebijakan ini berkembang dan mulai diterapkan di sektor swasta. Saat ini, THR telah menjadi hak pekerja dan buruh yang diatur dalam peraturan ketenagakerjaan di Indonesia.
Selain menjadi tradisi, THR memainkan peran penting dalam meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan adanya tunjangan ini, banyak orang memiliki lebih banyak dana untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, seperti membeli pakaian baru, makanan khas hari raya, serta membiayai perjalanan mudik. Kenaikan daya beli ini memberikan dampak positif bagi berbagai sektor, terutama ritel dan pariwisata, yang mengalami peningkatan aktivitas menjelang Lebaran.
Lebih dari sekadar aspek ekonomi, THR juga memiliki nilai sosial dan religius. Tradisi ini mencerminkan semangat berbagi dan kepedulian yang menjadi bagian dari ajaran Islam di bulan Ramadan. Bagi banyak keluarga, THR menjadi faktor penting yang memungkinkan mereka merayakan Lebaran dengan lebih meriah dan penuh makna.
Namun, agar manfaat THR benar-benar terasa, penting untuk mengelolanya dengan bijak. Salah satu cara terbaik adalah dengan membuat rencana anggaran yang jelas. Prioritaskan kebutuhan utama terlebih dahulu, seperti keperluan Lebaran dan kebutuhan keluarga, sebelum membelanjakan untuk hal-hal lain.
Selain digunakan untuk konsumsi, THR juga bisa dimanfaatkan sebagai tabungan atau investasi. Menyisihkan sebagian tunjangan untuk ditabung dapat membantu dalam menghadapi kebutuhan mendesak di masa depan dan mengurangi ketergantungan pada utang. Sementara itu, investasi dapat menjadi pilihan cerdas untuk meningkatkan nilai uang dalam jangka panjang.
Dengan pengelolaan yang tepat, THR bukan hanya menjadi sumber kebahagiaan di momen Lebaran, tetapi juga dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi kesejahteraan finansial di masa mendatang. (Courtesy Picture : Ilustrasi Penulis)