Proyeksi Perputaran Uang Lebaran 2025 Menurun: Faktor Pemudik Berkurang dan Daya Beli Melemah

Last Updated: March 19, 2025By Tags: , ,

Jakarta, Sofund.news – Perputaran uang selama momen libur Lebaran 2025 diproyeksikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, jumlah uang yang beredar diprediksi mencapai Rp137,97 triliun, turun dari angka Rp157,3 triliun pada tahun 2024. Penurunan ini dikaitkan dengan berkurangnya jumlah pemudik yang diperkirakan mencapai 146,48 juta orang, atau sekitar 52 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini turun sekitar 24 persen dibandingkan tahun lalu, di mana jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang. Data ini didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi, Pusat Statistik Kementerian Perhubungan (Kemenhub), serta akademisi.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan jumlah pemudik dan perputaran uang tahun ini. Pertama, jarak antara libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan Idulfitri yang sangat berdekatan. Hal ini membuat masyarakat yang sudah berlibur saat Nataru cenderung tidak merencanakan liburan atau pulang kampung lagi saat Lebaran. “Masyarakat sudah merasa cukup berlibur saat Nataru, sehingga niat mudik Lebaran berkurang,” ujar Sarman dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/3).

Faktor kedua adalah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Banyak masyarakat memilih untuk menghemat pengeluaran karena dalam beberapa bulan ke depan mereka harus menyiapkan biaya untuk tahun ajaran baru anak-anak. Selain itu, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor turut memengaruhi daya beli masyarakat. “Penurunan daya beli dan ketidakpastian ekonomi membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang,” tambah Sarman. Faktor cuaca yang tidak menentu juga disebutkan sebagai salah satu alasan yang memengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung.

Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri, Sarman memperkirakan bahwa jumlah tersebut tidak akan terserap sepenuhnya. Dari total perputaran uang selama libur Lebaran, sekitar 60 persen diprediksi akan beredar di Pulau Jawa, terutama di daerah tujuan utama mudik seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek. Sementara itu, sekitar 40 persen lainnya akan tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.

Meski terjadi penurunan, Sarman menegaskan bahwa berbagai sektor usaha tetap akan merasakan dampak positif dari perputaran uang selama libur Lebaran. Sektor-sektor seperti industri makanan dan minuman, fesyen, ritel, pedagang sembako, serta pariwisata diprediksi akan tetap tumbuh. Selain itu, industri transportasi, baik darat, laut, maupun udara, juga akan memperoleh keuntungan dari tingginya mobilitas masyarakat selama musim mudik. “Peningkatan mobilitas masyarakat selama mudik akan memberikan dampak positif bagi sektor transportasi,” ujarnya.

Pemerintah juga berupaya menggenjot konsumsi rumah tangga dengan berbagai stimulus, seperti optimalisasi penyaluran bantuan sosial (bansos), diskon harga tiket pesawat, diskon tarif tol, diskon belanja, diskon paket pariwisata Lebaran, stabilisasi harga pangan, serta pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pekerja swasta. “Dengan berbagai stimulus ini, diharapkan konsumsi rumah tangga selama libur Idulfitri dapat meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 mencapai lebih dari 5 persen,” jelas Sarman.

Sarman juga menekankan bahwa perputaran uang di berbagai daerah tujuan mudik akan menggairahkan ekonomi lokal. Kegiatan ekonomi yang meningkat di daerah-daerah tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional. “Para pelaku usaha di berbagai daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum mudik ini dengan memberikan pelayanan yang baik dan berkesan. Dengan begitu, pemudik dapat menghabiskan uang yang mereka bawa di kampung halaman dengan berbelanja di tempat wisata, menikmati kuliner khas daerah, serta membeli berbagai produk lokal sebagai oleh-oleh,” ujarnya.

Secara keseluruhan, meskipun perputaran uang Lebaran 2025 diproyeksikan menurun, momentum ini tetap menjadi peluang bagi berbagai sektor usaha untuk meningkatkan penjualan dan pertumbuhan ekonomi. Kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat diharapkan dapat memaksimalkan potensi ini, sehingga dampak positifnya dapat dirasakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia.(Courtesy picture:ilustrasi keuangan)

Proyeksi Perputaran Uang Lebaran 2025 Menurun: Faktor Pemudik Berkurang dan Daya Beli Melemah

Last Updated: March 19, 2025By Tags: , ,

Jakarta, Sofund.news – Perputaran uang selama momen libur Lebaran 2025 diproyeksikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, jumlah uang yang beredar diprediksi mencapai Rp137,97 triliun, turun dari angka Rp157,3 triliun pada tahun 2024. Penurunan ini dikaitkan dengan berkurangnya jumlah pemudik yang diperkirakan mencapai 146,48 juta orang, atau sekitar 52 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini turun sekitar 24 persen dibandingkan tahun lalu, di mana jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang. Data ini didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi, Pusat Statistik Kementerian Perhubungan (Kemenhub), serta akademisi.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan jumlah pemudik dan perputaran uang tahun ini. Pertama, jarak antara libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan Idulfitri yang sangat berdekatan. Hal ini membuat masyarakat yang sudah berlibur saat Nataru cenderung tidak merencanakan liburan atau pulang kampung lagi saat Lebaran. “Masyarakat sudah merasa cukup berlibur saat Nataru, sehingga niat mudik Lebaran berkurang,” ujar Sarman dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/3).

Faktor kedua adalah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Banyak masyarakat memilih untuk menghemat pengeluaran karena dalam beberapa bulan ke depan mereka harus menyiapkan biaya untuk tahun ajaran baru anak-anak. Selain itu, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor turut memengaruhi daya beli masyarakat. “Penurunan daya beli dan ketidakpastian ekonomi membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang,” tambah Sarman. Faktor cuaca yang tidak menentu juga disebutkan sebagai salah satu alasan yang memengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung.

Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri, Sarman memperkirakan bahwa jumlah tersebut tidak akan terserap sepenuhnya. Dari total perputaran uang selama libur Lebaran, sekitar 60 persen diprediksi akan beredar di Pulau Jawa, terutama di daerah tujuan utama mudik seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek. Sementara itu, sekitar 40 persen lainnya akan tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.

Meski terjadi penurunan, Sarman menegaskan bahwa berbagai sektor usaha tetap akan merasakan dampak positif dari perputaran uang selama libur Lebaran. Sektor-sektor seperti industri makanan dan minuman, fesyen, ritel, pedagang sembako, serta pariwisata diprediksi akan tetap tumbuh. Selain itu, industri transportasi, baik darat, laut, maupun udara, juga akan memperoleh keuntungan dari tingginya mobilitas masyarakat selama musim mudik. “Peningkatan mobilitas masyarakat selama mudik akan memberikan dampak positif bagi sektor transportasi,” ujarnya.

Pemerintah juga berupaya menggenjot konsumsi rumah tangga dengan berbagai stimulus, seperti optimalisasi penyaluran bantuan sosial (bansos), diskon harga tiket pesawat, diskon tarif tol, diskon belanja, diskon paket pariwisata Lebaran, stabilisasi harga pangan, serta pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pekerja swasta. “Dengan berbagai stimulus ini, diharapkan konsumsi rumah tangga selama libur Idulfitri dapat meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 mencapai lebih dari 5 persen,” jelas Sarman.

Sarman juga menekankan bahwa perputaran uang di berbagai daerah tujuan mudik akan menggairahkan ekonomi lokal. Kegiatan ekonomi yang meningkat di daerah-daerah tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional. “Para pelaku usaha di berbagai daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum mudik ini dengan memberikan pelayanan yang baik dan berkesan. Dengan begitu, pemudik dapat menghabiskan uang yang mereka bawa di kampung halaman dengan berbelanja di tempat wisata, menikmati kuliner khas daerah, serta membeli berbagai produk lokal sebagai oleh-oleh,” ujarnya.

Secara keseluruhan, meskipun perputaran uang Lebaran 2025 diproyeksikan menurun, momentum ini tetap menjadi peluang bagi berbagai sektor usaha untuk meningkatkan penjualan dan pertumbuhan ekonomi. Kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat diharapkan dapat memaksimalkan potensi ini, sehingga dampak positifnya dapat dirasakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia.(Courtesy picture:ilustrasi keuangan)