Rupiah Menguat di Awal Perdagangan, Namun Ancaman Pelemahan Masih Membayangi

Last Updated: April 10, 2025By Tags: ,

Jakarta, Sofund.news – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan pada pembukaan perdagangan Kamis (10/4/2025). Berdasarkan data dari Investing, kurs rupiah menguat 17,2 poin atau 0,19% menjadi Rp 16.776 per dolar AS pada pukul 09.09 WIB. Kenaikan ini terjadi setelah sebelumnya rupiah ditutup di level Rp 16.793 per dolar AS pada sesi perdagangan Rabu. Analis memperkirakan, pada perdagangan hari ini, rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.739 hingga Rp 16.831 per dolar AS.

Penguatan rupiah dipengaruhi oleh sentimen positif dari keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memberikan kelonggaran sementara dalam kebijakan tarif impor. Trump memutuskan untuk menurunkan tarif impor menjadi 10% terhadap 90 negara, termasuk beberapa mitra dagang utama AS. Kebijakan ini dinilai mampu meredakan ketegangan perdagangan global dan mendorong optimisme di pasar keuangan.

Ariston Tjendra, Pakar Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa langkah Trump tersebut telah memberikan dampak positif terhadap pergerakan indeks saham Asia, yang sebagian besar mengikuti kenaikan indeks saham AS di penutupan perdagangan sebelumnya. Namun, Ariston juga mengingatkan bahwa pasar masih menyimpan kekhawatiran terkait eskalasi perang tarif antara AS dan China.

Ancaman Pelemahan Rupiah di Tengah Ketegangan AS-China
Meskipun rupiah menguat di awal perdagangan, ancaman pelemahan masih membayangi. Trump baru saja mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap China sebesar 125%, yang akan segera diberlakukan. Kebijakan ini dinilai dapat memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang kedua negara dan berpotensi mempengaruhi stabilitas pasar keuangan global.

Ariston memprediksi bahwa rupiah masih berpotensi melemah hingga level Rp 16.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Ia menyebutkan bahwa level support rupiah berada di kisaran Rp 16.800 per dolar AS. “Meskipun ada penguatan di awal sesi, tekanan dari kebijakan tarif AS-China dapat membuat rupiah kembali tertekan,” ujarnya.

Prospek Pasar Keuangan Global
Pasar keuangan global saat ini berada dalam situasi yang dinamis, di mana sentimen positif dari kebijakan perdagangan AS bisa berubah cepat jika ketegangan dengan China semakin memanas. Investor tetap waspada terhadap potensi gejolak yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang, termasuk rupiah.

Di sisi lain, penguatan indeks saham AS dan sebagian pasar Asia memberikan sinyal bahwa masih ada optimisme di tengah ketidakpastian. Namun, para analis menekankan bahwa fluktuasi kurs rupiah akan sangat bergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan AS dalam beberapa hari ke depan.

Meskipun rupiah membuka perdagangan dengan kinerja positif, stabilitasnya masih rentan terhadap dinamika kebijakan perdagangan global. Kenaikan tarif AS terhadap China dapat menjadi pemicu volatilitas di pasar valuta asing, termasuk potensi pelemahan rupiah lebih lanjut.

Para pelaku pasar diimbau untuk terus memantau perkembangan terbaru terkait kebijakan perdagangan AS dan reaksi dari mitra dagangnya, termasuk China dan negara-negara lainnya. Dengan situasi yang masih fluktuatif, rupiah diperkirakan akan terus bergerak dalam kisaran yang cukup luas, dengan risiko pelemahan jika ketegangan perdagangan semakin meningkat.(Courtesy picture:Ilustrasi Rupiah)

Rupiah Menguat di Awal Perdagangan, Namun Ancaman Pelemahan Masih Membayangi

Last Updated: April 10, 2025By Tags: ,

Jakarta, Sofund.news – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan pada pembukaan perdagangan Kamis (10/4/2025). Berdasarkan data dari Investing, kurs rupiah menguat 17,2 poin atau 0,19% menjadi Rp 16.776 per dolar AS pada pukul 09.09 WIB. Kenaikan ini terjadi setelah sebelumnya rupiah ditutup di level Rp 16.793 per dolar AS pada sesi perdagangan Rabu. Analis memperkirakan, pada perdagangan hari ini, rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.739 hingga Rp 16.831 per dolar AS.

Penguatan rupiah dipengaruhi oleh sentimen positif dari keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memberikan kelonggaran sementara dalam kebijakan tarif impor. Trump memutuskan untuk menurunkan tarif impor menjadi 10% terhadap 90 negara, termasuk beberapa mitra dagang utama AS. Kebijakan ini dinilai mampu meredakan ketegangan perdagangan global dan mendorong optimisme di pasar keuangan.

Ariston Tjendra, Pakar Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa langkah Trump tersebut telah memberikan dampak positif terhadap pergerakan indeks saham Asia, yang sebagian besar mengikuti kenaikan indeks saham AS di penutupan perdagangan sebelumnya. Namun, Ariston juga mengingatkan bahwa pasar masih menyimpan kekhawatiran terkait eskalasi perang tarif antara AS dan China.

Ancaman Pelemahan Rupiah di Tengah Ketegangan AS-China
Meskipun rupiah menguat di awal perdagangan, ancaman pelemahan masih membayangi. Trump baru saja mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap China sebesar 125%, yang akan segera diberlakukan. Kebijakan ini dinilai dapat memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang kedua negara dan berpotensi mempengaruhi stabilitas pasar keuangan global.

Ariston memprediksi bahwa rupiah masih berpotensi melemah hingga level Rp 16.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Ia menyebutkan bahwa level support rupiah berada di kisaran Rp 16.800 per dolar AS. “Meskipun ada penguatan di awal sesi, tekanan dari kebijakan tarif AS-China dapat membuat rupiah kembali tertekan,” ujarnya.

Prospek Pasar Keuangan Global
Pasar keuangan global saat ini berada dalam situasi yang dinamis, di mana sentimen positif dari kebijakan perdagangan AS bisa berubah cepat jika ketegangan dengan China semakin memanas. Investor tetap waspada terhadap potensi gejolak yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang, termasuk rupiah.

Di sisi lain, penguatan indeks saham AS dan sebagian pasar Asia memberikan sinyal bahwa masih ada optimisme di tengah ketidakpastian. Namun, para analis menekankan bahwa fluktuasi kurs rupiah akan sangat bergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan AS dalam beberapa hari ke depan.

Meskipun rupiah membuka perdagangan dengan kinerja positif, stabilitasnya masih rentan terhadap dinamika kebijakan perdagangan global. Kenaikan tarif AS terhadap China dapat menjadi pemicu volatilitas di pasar valuta asing, termasuk potensi pelemahan rupiah lebih lanjut.

Para pelaku pasar diimbau untuk terus memantau perkembangan terbaru terkait kebijakan perdagangan AS dan reaksi dari mitra dagangnya, termasuk China dan negara-negara lainnya. Dengan situasi yang masih fluktuatif, rupiah diperkirakan akan terus bergerak dalam kisaran yang cukup luas, dengan risiko pelemahan jika ketegangan perdagangan semakin meningkat.(Courtesy picture:Ilustrasi Rupiah)