Bayi Harimau yang Tumbuh Buas: Geoffrey Hinton Peringatkan Bahaya Laten Kecerdasan Buatan
Sofund.news – Geoffrey Hinton, salah satu pionir terpenting dalam dunia kecerdasan buatan dan penemu konsep neural network serta deep learning, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap teknologi yang turut ia ciptakan. Dalam wawancara eksklusif dengan CBSNews, pria yang dikenal sebagai “Bapak AI” itu mengungkapkan kekhawatirannya tentang potensi kecerdasan buatan untuk melampaui kecerdasan manusia dan pada akhirnya mengambil alih kendali atas berbagai aspek kehidupan manusia.
Hinton menilai bahwa ada kemungkinan nyata AI akan menjadi lebih cerdas daripada manusia. Bahkan, menurutnya, banyak pakar di bidang ini diam-diam memiliki pandangan yang sama. Ia memperkenalkan istilah “P (doom)”, sebuah konsep dalam keselamatan AI yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan teknologi ini menimbulkan bencana eksistensial bagi umat manusia. Meski tak memberikan definisi rinci tentang skenario “pengambilalihan” tersebut, Hinton memberi isyarat bahwa hal itu bisa berarti AI menggantikan seluruh peran manusia, hingga ke titik konfrontasi langsung antara manusia dan mesin.
Ilustrasi yang diberikan Hinton cukup menggugah. Ia membandingkan kecerdasan buatan saat ini dengan seekor bayi harimau—tampak lucu, menarik, dan belum berbahaya. Namun, seiring waktu dan pertumbuhan, bayi harimau ini bisa berubah menjadi makhluk yang kuat dan mematikan, bahkan bagi mereka yang selama ini merawatnya. Gambaran ini mencerminkan kekhawatiran Hinton atas kecepatan kemajuan AI yang bahkan melampaui proyeksinya sendiri.
Meskipun begitu, Hinton tidak sepenuhnya pesimistis. Ia memperkirakan peluang AI untuk mengendalikan manusia berada di angka 20 persen, yang berarti kemungkinan besar—sekitar 80 persen—masa depan AI tidak akan membawa bencana. Meski demikian, ia menegaskan bahwa antisipasi dan pengawasan terhadap perkembangan AI tetap menjadi hal krusial.
Ancaman dari AI, menurut Hinton, tidak hanya datang dari potensi otonominya yang tinggi, tetapi juga dari penyalahgunaan teknologi oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Mulai dari serangan siber, phishing, hingga pembuatan virus digital baru, AI membuka celah besar bagi kejahatan digital dengan skala dan kecanggihan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Sebagai langkah antisipatif, Hinton menyerukan agar perusahaan-perusahaan pengembang AI, termasuk raksasa teknologi seperti Google, menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama, bukan sekadar mengejar keuntungan. Ia menganjurkan agar sepertiga dari total kapasitas komputasi yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini dialokasikan khusus untuk riset dan pengembangan AI yang berfokus pada aspek keamanan. Pengalaman pribadinya di Google, yang ia tinggalkan pada Mei 2023 karena ketidaksepakatan terhadap arah pengembangan AI untuk militer, menjadi dasar seruannya agar industri ini lebih bertanggung jawab terhadap kemanusiaan.
Lebih lanjut, Hinton juga mengkritik minimnya regulasi yang mengatur pengembangan AI secara global. Ia melihat bahwa banyak perusahaan besar cenderung menolak upaya pengaturan atau bahkan berusaha menghindarinya sama sekali. Ia berharap muncul regulasi yang benar-benar mempertimbangkan dampak jangka panjang AI terhadap umat manusia. Bila itu terjadi, Hinton mengaku akan mendukung sepenuhnya.(Courtesy picture:tangkapan layar media online)
Bayi Harimau yang Tumbuh Buas: Geoffrey Hinton Peringatkan Bahaya Laten Kecerdasan Buatan
Sofund.news – Geoffrey Hinton, salah satu pionir terpenting dalam dunia kecerdasan buatan dan penemu konsep neural network serta deep learning, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap teknologi yang turut ia ciptakan. Dalam wawancara eksklusif dengan CBSNews, pria yang dikenal sebagai “Bapak AI” itu mengungkapkan kekhawatirannya tentang potensi kecerdasan buatan untuk melampaui kecerdasan manusia dan pada akhirnya mengambil alih kendali atas berbagai aspek kehidupan manusia.
Hinton menilai bahwa ada kemungkinan nyata AI akan menjadi lebih cerdas daripada manusia. Bahkan, menurutnya, banyak pakar di bidang ini diam-diam memiliki pandangan yang sama. Ia memperkenalkan istilah “P (doom)”, sebuah konsep dalam keselamatan AI yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan teknologi ini menimbulkan bencana eksistensial bagi umat manusia. Meski tak memberikan definisi rinci tentang skenario “pengambilalihan” tersebut, Hinton memberi isyarat bahwa hal itu bisa berarti AI menggantikan seluruh peran manusia, hingga ke titik konfrontasi langsung antara manusia dan mesin.
Ilustrasi yang diberikan Hinton cukup menggugah. Ia membandingkan kecerdasan buatan saat ini dengan seekor bayi harimau—tampak lucu, menarik, dan belum berbahaya. Namun, seiring waktu dan pertumbuhan, bayi harimau ini bisa berubah menjadi makhluk yang kuat dan mematikan, bahkan bagi mereka yang selama ini merawatnya. Gambaran ini mencerminkan kekhawatiran Hinton atas kecepatan kemajuan AI yang bahkan melampaui proyeksinya sendiri.
Meskipun begitu, Hinton tidak sepenuhnya pesimistis. Ia memperkirakan peluang AI untuk mengendalikan manusia berada di angka 20 persen, yang berarti kemungkinan besar—sekitar 80 persen—masa depan AI tidak akan membawa bencana. Meski demikian, ia menegaskan bahwa antisipasi dan pengawasan terhadap perkembangan AI tetap menjadi hal krusial.
Ancaman dari AI, menurut Hinton, tidak hanya datang dari potensi otonominya yang tinggi, tetapi juga dari penyalahgunaan teknologi oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Mulai dari serangan siber, phishing, hingga pembuatan virus digital baru, AI membuka celah besar bagi kejahatan digital dengan skala dan kecanggihan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Sebagai langkah antisipatif, Hinton menyerukan agar perusahaan-perusahaan pengembang AI, termasuk raksasa teknologi seperti Google, menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama, bukan sekadar mengejar keuntungan. Ia menganjurkan agar sepertiga dari total kapasitas komputasi yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini dialokasikan khusus untuk riset dan pengembangan AI yang berfokus pada aspek keamanan. Pengalaman pribadinya di Google, yang ia tinggalkan pada Mei 2023 karena ketidaksepakatan terhadap arah pengembangan AI untuk militer, menjadi dasar seruannya agar industri ini lebih bertanggung jawab terhadap kemanusiaan.
Lebih lanjut, Hinton juga mengkritik minimnya regulasi yang mengatur pengembangan AI secara global. Ia melihat bahwa banyak perusahaan besar cenderung menolak upaya pengaturan atau bahkan berusaha menghindarinya sama sekali. Ia berharap muncul regulasi yang benar-benar mempertimbangkan dampak jangka panjang AI terhadap umat manusia. Bila itu terjadi, Hinton mengaku akan mendukung sepenuhnya.(Courtesy picture:tangkapan layar media online)