Menari Bersama Alam: Perayaan Hari Tari Internasional 2025 di Pantai Pererenan Bali

Last Updated: April 30, 2025By Tags:

Jakarta, Sofund.news – Pada tanggal 29 April 2025, suasana di Pantai Pererenan, Badung, Bali, dipenuhi semangat dan keceriaan dalam rangka perayaan Hari Tari Internasional. Para penari dengan kostum tradisional yang memukau menampilkan tarian Janger, mengundang decak kagum dari para penonton yang memadati area pantai. Acara ini tidak hanya menjadi ajang pertunjukan seni, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarbudaya dan generasi. Perayaan ini menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam, di mana gerakan tari yang anggun menyatu dengan deburan ombak dan semilir angin pantai. Masyarakat lokal dan wisatawan mancanegara turut serta dalam kemeriahan, menari bersama dalam semangat kebersamaan dan cinta terhadap seni budaya Indonesia.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, acara ini juga mendukung pariwisata berkelanjutan, sejalan dengan tren wisata olahraga dan konsep “green sports” yang semakin populer di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi di bidang olahraga, mendukung sektor pariwisata, serta mempromosikan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dengan perpaduan antara seni, budaya, dan alam, perayaan Hari Tari Internasional 2025 di Pantai Pererenan menjadi momen yang tak terlupakan, menginspirasi masyarakat untuk terus melestarikan warisan budaya dan menjaga kelestarian lingkungan.

Perayaan ini tidak hanya menyuguhkan hiburan visual, tetapi juga menjadi ruang edukasi budaya. Di sisi panggung, terdapat tenda-tenda kecil yang menampilkan berbagai informasi mengenai sejarah tari Indonesia, mulai dari Sumatra hingga Papua. Buku-buku seni tari, dokumentasi video, hingga kostum-kostum tari dipamerkan di stan yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan Bali bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Salah satu pengunjung dari Jakarta, seorang mahasiswa jurusan seni pertunjukan, menyatakan kekagumannya atas komitmen Bali dalam menjaga nilai-nilai seni tradisi. Ia mengatakan bahwa kegiatan seperti ini harus diperluas ke daerah-daerah lain agar generasi muda tidak kehilangan identitas budayanya di tengah arus globalisasi.

Tak hanya seni tradisional, panggung terbuka di Pantai Pererenan juga menjadi ajang unjuk bakat para penari modern. Komunitas tari kontemporer, hip hop, dan jazz tampil membaur dalam satu harmoni. Sebuah grup tari dari Bandung menyuguhkan kolaborasi tari Sunda dan tari urban dalam satu koreografi yang mengundang decak kagum. Mereka ingin menunjukkan bahwa budaya bisa bersatu dalam bingkai kreasi tanpa saling menghapus. Semangat inklusivitas inilah yang menjadi tema besar perayaan tahun ini: “Menari Bersama Alam, Menggerakkan Dunia.”

Selain penampilan tari, perayaan ini juga mengusung konsep ramah lingkungan. Seluruh kegiatan difasilitasi dengan prinsip “zero waste”. Para pengunjung diarahkan untuk menggunakan tempat makan dan minum yang dapat digunakan ulang. Di sudut-sudut pantai, tersedia tempat sampah terpisah untuk organik, plastik, dan residu. Bahkan para pedagang makanan yang ikut meramaikan acara diwajibkan menggunakan bahan kemasan yang biodegradable. Semua ini merupakan bentuk komitmen masyarakat Bali terhadap kelestarian lingkungan. Seorang panitia lokal mengatakan bahwa konsep ini sesuai dengan filosofi hidup masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana: menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. (Courtsey Picture : Dok Youtube)

Menari Bersama Alam: Perayaan Hari Tari Internasional 2025 di Pantai Pererenan Bali

Last Updated: April 30, 2025By Tags:

Jakarta, Sofund.news – Pada tanggal 29 April 2025, suasana di Pantai Pererenan, Badung, Bali, dipenuhi semangat dan keceriaan dalam rangka perayaan Hari Tari Internasional. Para penari dengan kostum tradisional yang memukau menampilkan tarian Janger, mengundang decak kagum dari para penonton yang memadati area pantai. Acara ini tidak hanya menjadi ajang pertunjukan seni, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarbudaya dan generasi. Perayaan ini menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam, di mana gerakan tari yang anggun menyatu dengan deburan ombak dan semilir angin pantai. Masyarakat lokal dan wisatawan mancanegara turut serta dalam kemeriahan, menari bersama dalam semangat kebersamaan dan cinta terhadap seni budaya Indonesia.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, acara ini juga mendukung pariwisata berkelanjutan, sejalan dengan tren wisata olahraga dan konsep “green sports” yang semakin populer di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi di bidang olahraga, mendukung sektor pariwisata, serta mempromosikan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dengan perpaduan antara seni, budaya, dan alam, perayaan Hari Tari Internasional 2025 di Pantai Pererenan menjadi momen yang tak terlupakan, menginspirasi masyarakat untuk terus melestarikan warisan budaya dan menjaga kelestarian lingkungan.

Perayaan ini tidak hanya menyuguhkan hiburan visual, tetapi juga menjadi ruang edukasi budaya. Di sisi panggung, terdapat tenda-tenda kecil yang menampilkan berbagai informasi mengenai sejarah tari Indonesia, mulai dari Sumatra hingga Papua. Buku-buku seni tari, dokumentasi video, hingga kostum-kostum tari dipamerkan di stan yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan Bali bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Salah satu pengunjung dari Jakarta, seorang mahasiswa jurusan seni pertunjukan, menyatakan kekagumannya atas komitmen Bali dalam menjaga nilai-nilai seni tradisi. Ia mengatakan bahwa kegiatan seperti ini harus diperluas ke daerah-daerah lain agar generasi muda tidak kehilangan identitas budayanya di tengah arus globalisasi.

Tak hanya seni tradisional, panggung terbuka di Pantai Pererenan juga menjadi ajang unjuk bakat para penari modern. Komunitas tari kontemporer, hip hop, dan jazz tampil membaur dalam satu harmoni. Sebuah grup tari dari Bandung menyuguhkan kolaborasi tari Sunda dan tari urban dalam satu koreografi yang mengundang decak kagum. Mereka ingin menunjukkan bahwa budaya bisa bersatu dalam bingkai kreasi tanpa saling menghapus. Semangat inklusivitas inilah yang menjadi tema besar perayaan tahun ini: “Menari Bersama Alam, Menggerakkan Dunia.”

Selain penampilan tari, perayaan ini juga mengusung konsep ramah lingkungan. Seluruh kegiatan difasilitasi dengan prinsip “zero waste”. Para pengunjung diarahkan untuk menggunakan tempat makan dan minum yang dapat digunakan ulang. Di sudut-sudut pantai, tersedia tempat sampah terpisah untuk organik, plastik, dan residu. Bahkan para pedagang makanan yang ikut meramaikan acara diwajibkan menggunakan bahan kemasan yang biodegradable. Semua ini merupakan bentuk komitmen masyarakat Bali terhadap kelestarian lingkungan. Seorang panitia lokal mengatakan bahwa konsep ini sesuai dengan filosofi hidup masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana: menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. (Courtsey Picture : Dok Youtube)