Gelombang Peringatan: Antisipasi Banjir Rob di Pantura Jawa Tengah
Jakarta, Sofund.news – Masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah tengah diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir rob yang diprediksi terjadi pada Jumat, 2 Mei 2025. Banjir rob ini dipicu oleh aktivitas pasang air laut yang cukup signifikan, yang berpotensi besar mengubah dinamika wilayah pesisir dan mengakibatkan genangan di sejumlah area rawan.
Berdasarkan penjelasan dari Sedyanto, seorang prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, puncak dari fenomena pasang laut diperkirakan terjadi pada siang hingga sore hari, tepatnya antara pukul 12.00 WIB hingga 16.00 WIB. Ia menegaskan bahwa masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir perlu bersiap menghadapi kemungkinan adanya banjir rob yang diakibatkan oleh pasang maksimum air laut. Peringatan ini tidak hanya untuk meningkatkan kewaspadaan pribadi, tetapi juga untuk mengantisipasi dampak lebih luas terhadap kehidupan sehari-hari.
Kondisi pasang maksimum ini berpotensi menimbulkan genangan air laut di berbagai wilayah pesisir yang secara historis memang rentan mengalami banjir rob. Genangan ini tidak hanya menimbulkan gangguan pada permukiman warga, tetapi juga bisa berdampak pada infrastruktur di wilayah pesisir, seperti gangguan lalu lintas di sekitar pelabuhan dan terganggunya distribusi barang yang melewati jalur tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko yang mungkin ditimbulkan dari fenomena ini. Bukan hanya transportasi yang bisa terganggu, namun juga mata pencaharian warga, terutama para petani garam dan nelayan atau pembudidaya perikanan darat, yang sangat bergantung pada kondisi pasang surut air laut.
Dampak lain yang mungkin timbul adalah kerusakan pada tambak, rendaman air asin di lahan pertanian, dan penurunan hasil produksi garam. Oleh karena itu, warga diharapkan bisa mempersiapkan diri, baik dengan melakukan langkah-langkah antisipatif seperti membuat tanggul sementara, mengevakuasi barang-barang penting, maupun dengan menghindari aktivitas di wilayah yang rawan rob selama waktu puncak pasang berlangsung.
BMKG menggarisbawahi pentingnya kesiapsiagaan kolektif, utamanya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah yang selama ini dikenal rawan terdampak rob saat pasang laut tinggi terjadi. Mereka diminta untuk mengikuti perkembangan informasi cuaca dan pasang surut yang dikeluarkan oleh instansi resmi, guna memastikan keselamatan dan meminimalisasi kerugian yang mungkin timbul. (Courtsey Picture : Dok.Youtube)
Gelombang Peringatan: Antisipasi Banjir Rob di Pantura Jawa Tengah
Jakarta, Sofund.news – Masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah tengah diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir rob yang diprediksi terjadi pada Jumat, 2 Mei 2025. Banjir rob ini dipicu oleh aktivitas pasang air laut yang cukup signifikan, yang berpotensi besar mengubah dinamika wilayah pesisir dan mengakibatkan genangan di sejumlah area rawan.
Berdasarkan penjelasan dari Sedyanto, seorang prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, puncak dari fenomena pasang laut diperkirakan terjadi pada siang hingga sore hari, tepatnya antara pukul 12.00 WIB hingga 16.00 WIB. Ia menegaskan bahwa masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir perlu bersiap menghadapi kemungkinan adanya banjir rob yang diakibatkan oleh pasang maksimum air laut. Peringatan ini tidak hanya untuk meningkatkan kewaspadaan pribadi, tetapi juga untuk mengantisipasi dampak lebih luas terhadap kehidupan sehari-hari.
Kondisi pasang maksimum ini berpotensi menimbulkan genangan air laut di berbagai wilayah pesisir yang secara historis memang rentan mengalami banjir rob. Genangan ini tidak hanya menimbulkan gangguan pada permukiman warga, tetapi juga bisa berdampak pada infrastruktur di wilayah pesisir, seperti gangguan lalu lintas di sekitar pelabuhan dan terganggunya distribusi barang yang melewati jalur tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko yang mungkin ditimbulkan dari fenomena ini. Bukan hanya transportasi yang bisa terganggu, namun juga mata pencaharian warga, terutama para petani garam dan nelayan atau pembudidaya perikanan darat, yang sangat bergantung pada kondisi pasang surut air laut.
Dampak lain yang mungkin timbul adalah kerusakan pada tambak, rendaman air asin di lahan pertanian, dan penurunan hasil produksi garam. Oleh karena itu, warga diharapkan bisa mempersiapkan diri, baik dengan melakukan langkah-langkah antisipatif seperti membuat tanggul sementara, mengevakuasi barang-barang penting, maupun dengan menghindari aktivitas di wilayah yang rawan rob selama waktu puncak pasang berlangsung.
BMKG menggarisbawahi pentingnya kesiapsiagaan kolektif, utamanya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah yang selama ini dikenal rawan terdampak rob saat pasang laut tinggi terjadi. Mereka diminta untuk mengikuti perkembangan informasi cuaca dan pasang surut yang dikeluarkan oleh instansi resmi, guna memastikan keselamatan dan meminimalisasi kerugian yang mungkin timbul. (Courtsey Picture : Dok.Youtube)