Bumi Memasuki Fase Iklim Baru: Studi Terbaru Konfirmasi Pemanasan Global di Atas 1,5 Derajat Celcius

Last Updated: February 20, 2025By Tags: ,

Jakarta, Sofun.news – Dua studi terbaru mengungkap bahwa Bumi kini telah memasuki fase iklim baru, dengan suhu global yang secara konsisten meningkat dan telah melampaui 1,5 derajat Celcius dibandingkan dengan era pra-industri. Temuan ini semakin memperkuat kekhawatiran ilmuwan tentang dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Sejak disepakatinya Perjanjian Paris 2015, hampir 200 negara telah berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri. Namun, pada tahun 2024, data menunjukkan bahwa batas tersebut telah dilewati.

Meskipun ambang batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris diukur dalam rentang beberapa dekade, bukan hanya dalam periode satu atau dua tahun, para ilmuwan kini semakin yakin bahwa tren pemanasan global yang terjadi saat ini bukan sekadar anomali sementara, melainkan indikasi bahwa Bumi telah memasuki fase pemanasan jangka panjang.

Penelitian Mengonfirmasi Kekhawatiran Ilmuwan

Dikutip dari Science Alert, dua studi yang dilakukan secara independen oleh tim peneliti di Eropa dan Kanada mencoba memahami apakah pencapaian suhu di atas 1,5 derajat Celcius dalam satu tahun merupakan sinyal bahwa ambang batas tersebut akan menjadi permanen dalam jangka panjang.

Kedua penelitian ini menggunakan data historis iklim serta simulasi model iklim dengan pendekatan berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif.

1️⃣ Penelitian di Eropa berfokus pada tren pemanasan historis. Mereka menemukan pola bahwa ketika suhu rata-rata global mencapai ambang batas tertentu, maka dalam 20 tahun ke depan suhu tersebut cenderung bertahan pada tingkat yang sama atau bahkan meningkat.

➡️ Artinya, jika kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius telah terjadi pada 2024, maka kemungkinan besar dua dekade berikutnya akan mengalami suhu yang sama atau lebih tinggi.

2️⃣ Penelitian di Kanada menggunakan pendekatan berbeda dengan menganalisis data bulanan. Mereka menemukan bahwa Juni 2024 menandai bulan ke-12 berturut-turut dengan suhu global berada di atas 1,5 derajat Celcius.

➡️ Hal ini menjadi indikator kuat bahwa ambang batas ini tidak hanya terjadi sementara, tetapi merupakan tren yang akan terus berlanjut dalam jangka panjang.

Dampak Pemanasan Global yang Tak Terhindarkan

Para peneliti memperingatkan bahwa kenaikan suhu ini berisiko menyebabkan bencana besar pada sistem alam yang menopang kehidupan di Bumi. Kenaikan lebih dari 1,5 derajat Celcius dapat memicu:

Meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam, seperti gelombang panas, kebakaran hutan, dan badai ekstrem.
Pencairan es di kutub yang lebih cepat, menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang berisiko menenggelamkan kota-kota pesisir.
Kerusakan ekosistem laut, termasuk pemutihan terumbu karang yang mengancam keberlanjutan kehidupan laut.
Perubahan pola cuaca yang ekstrem, berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan global.

Apakah Dunia Masih Bisa Mencegah Pemanasan Lebih Lanjut?

Kedua studi juga menegaskan bahwa bahkan jika dunia menerapkan pengurangan emisi yang ketat mulai sekarang, Bumi kemungkinan besar masih akan melewati ambang batas 1,5 derajat Celcius dalam jangka panjang.

Namun, ini tidak berarti bahwa upaya pengurangan emisi menjadi sia-sia. Setiap upaya untuk menekan pemanasan global dapat membantu mencegah skenario yang lebih buruk, seperti kenaikan suhu 2 derajat Celcius atau lebih, yang dapat memiliki dampak yang jauh lebih dahsyat.

Kesimpulan: Bumi Berada di Titik Kritis

Hasil penelitian ini memberikan peringatan tegas bahwa Bumi telah memasuki era baru dalam perubahan iklim. Jika tren ini terus berlanjut, dunia akan menghadapi konsekuensi serius yang akan mengubah kehidupan manusia dan ekosistem secara drastis.

Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pemanasan global telah melewati batas yang selama ini dianggap kritis, tindakan nyata dalam skala global menjadi semakin mendesak. Tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan dan pola konsumsi energi, dunia akan semakin sulit mengendalikan dampak perubahan iklim di masa depan.(Courtesy picture:ilustrasi bumi)

Bumi Memasuki Fase Iklim Baru: Studi Terbaru Konfirmasi Pemanasan Global di Atas 1,5 Derajat Celcius

Last Updated: February 20, 2025By Tags: ,

Jakarta, Sofun.news – Dua studi terbaru mengungkap bahwa Bumi kini telah memasuki fase iklim baru, dengan suhu global yang secara konsisten meningkat dan telah melampaui 1,5 derajat Celcius dibandingkan dengan era pra-industri. Temuan ini semakin memperkuat kekhawatiran ilmuwan tentang dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Sejak disepakatinya Perjanjian Paris 2015, hampir 200 negara telah berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri. Namun, pada tahun 2024, data menunjukkan bahwa batas tersebut telah dilewati.

Meskipun ambang batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris diukur dalam rentang beberapa dekade, bukan hanya dalam periode satu atau dua tahun, para ilmuwan kini semakin yakin bahwa tren pemanasan global yang terjadi saat ini bukan sekadar anomali sementara, melainkan indikasi bahwa Bumi telah memasuki fase pemanasan jangka panjang.

Penelitian Mengonfirmasi Kekhawatiran Ilmuwan

Dikutip dari Science Alert, dua studi yang dilakukan secara independen oleh tim peneliti di Eropa dan Kanada mencoba memahami apakah pencapaian suhu di atas 1,5 derajat Celcius dalam satu tahun merupakan sinyal bahwa ambang batas tersebut akan menjadi permanen dalam jangka panjang.

Kedua penelitian ini menggunakan data historis iklim serta simulasi model iklim dengan pendekatan berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif.

1️⃣ Penelitian di Eropa berfokus pada tren pemanasan historis. Mereka menemukan pola bahwa ketika suhu rata-rata global mencapai ambang batas tertentu, maka dalam 20 tahun ke depan suhu tersebut cenderung bertahan pada tingkat yang sama atau bahkan meningkat.

➡️ Artinya, jika kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius telah terjadi pada 2024, maka kemungkinan besar dua dekade berikutnya akan mengalami suhu yang sama atau lebih tinggi.

2️⃣ Penelitian di Kanada menggunakan pendekatan berbeda dengan menganalisis data bulanan. Mereka menemukan bahwa Juni 2024 menandai bulan ke-12 berturut-turut dengan suhu global berada di atas 1,5 derajat Celcius.

➡️ Hal ini menjadi indikator kuat bahwa ambang batas ini tidak hanya terjadi sementara, tetapi merupakan tren yang akan terus berlanjut dalam jangka panjang.

Dampak Pemanasan Global yang Tak Terhindarkan

Para peneliti memperingatkan bahwa kenaikan suhu ini berisiko menyebabkan bencana besar pada sistem alam yang menopang kehidupan di Bumi. Kenaikan lebih dari 1,5 derajat Celcius dapat memicu:

Meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam, seperti gelombang panas, kebakaran hutan, dan badai ekstrem.
Pencairan es di kutub yang lebih cepat, menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang berisiko menenggelamkan kota-kota pesisir.
Kerusakan ekosistem laut, termasuk pemutihan terumbu karang yang mengancam keberlanjutan kehidupan laut.
Perubahan pola cuaca yang ekstrem, berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan global.

Apakah Dunia Masih Bisa Mencegah Pemanasan Lebih Lanjut?

Kedua studi juga menegaskan bahwa bahkan jika dunia menerapkan pengurangan emisi yang ketat mulai sekarang, Bumi kemungkinan besar masih akan melewati ambang batas 1,5 derajat Celcius dalam jangka panjang.

Namun, ini tidak berarti bahwa upaya pengurangan emisi menjadi sia-sia. Setiap upaya untuk menekan pemanasan global dapat membantu mencegah skenario yang lebih buruk, seperti kenaikan suhu 2 derajat Celcius atau lebih, yang dapat memiliki dampak yang jauh lebih dahsyat.

Kesimpulan: Bumi Berada di Titik Kritis

Hasil penelitian ini memberikan peringatan tegas bahwa Bumi telah memasuki era baru dalam perubahan iklim. Jika tren ini terus berlanjut, dunia akan menghadapi konsekuensi serius yang akan mengubah kehidupan manusia dan ekosistem secara drastis.

Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pemanasan global telah melewati batas yang selama ini dianggap kritis, tindakan nyata dalam skala global menjadi semakin mendesak. Tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan dan pola konsumsi energi, dunia akan semakin sulit mengendalikan dampak perubahan iklim di masa depan.(Courtesy picture:ilustrasi bumi)