Dampak Covid-19 pada Otak Mahasiswa: Perubahan Aktivitas di Korteks Prefrontal
Jakarta, Sofund.news – Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa infeksi Covid-19 meninggalkan jejak pada otak orang dewasa muda, terutama mereka yang berada di usia mahasiswa. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity pada Desember 2024 ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari University of Otago, Selandia Baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dampak infeksi Covid-19 terhadap perkembangan dan fungsi otak pada kelompok usia muda yang umumnya dianggap memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan merekrut 94 mahasiswa sarjana dari University of Otago dengan rentang usia antara 18 hingga 46 tahun, dan rata-rata berusia sekitar 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki riwayat infeksi Covid-19 mengalami perubahan dalam pola aktivitas otak mereka, khususnya di area korteks prefrontal—bagian otak yang berperan penting dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian diri.
Pengukuran aktivitas otak peserta dilakukan selama mereka menjalani tugas-tugas kognitif. Biasanya, pada individu sehat, aktivitas otak dalam kondisi tersebut akan menyebabkan perubahan aliran darah dan kadar oksigen, yang terlihat dalam bentuk penurunan hemoglobin beroksigen di korteks prefrontal. Namun, pada mahasiswa yang sebelumnya terinfeksi Covid-19, pola ini mengalami perubahan. Mereka menunjukkan penurunan kadar hemoglobin beroksigen yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak pernah terinfeksi, yang menandakan adanya pola aktivasi otak yang berbeda.
Fenomena ini cukup mengejutkan bagi para peneliti, terutama karena kelompok usia ini masih berada dalam puncak perkembangan otak dan umumnya lebih tangguh terhadap berbagai faktor yang dapat memengaruhi fungsi otak. Salah satu peneliti utama, Liana Machado, menyatakan bahwa temuan ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam dinamika otak, meskipun belum sepenuhnya diketahui dampak jangka panjangnya.
Menariknya, pola aktivitas otak yang berbeda ini menyerupai pola yang sering ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua. Biasanya, individu yang lebih tua menunjukkan pola aktivasi otak yang berbeda atau meningkat selama tugas-tugas kognitif, yang diyakini sebagai mekanisme kompensasi akibat perubahan fungsi otak seiring bertambahnya usia. Perubahan ini lebih jelas terlihat pada sisi kanan korteks prefrontal, terutama pada mahasiswa yang melaporkan mengalami brain fog atau kabut otak pasca infeksi Covid-19. Gejala brain fog ini mencakup kesulitan dalam berkonsentrasi, gangguan memori, serta kelelahan mental.
Meskipun studi ini menunjukkan adanya perubahan aktivitas otak pada individu yang pernah terinfeksi Covid-19, para peneliti belum dapat memastikan apakah perubahan ini akan memiliki dampak jangka panjang yang merugikan. Machado menegaskan bahwa temuan ini masih dalam tahap awal, dan belum ada alasan untuk menimbulkan kekhawatiran berlebihan. Namun, hasil penelitian ini tetap menjadi catatan penting bagi dunia medis dan neurosains dalam memahami dampak Covid-19 terhadap otak, terutama bagi kelompok usia muda yang sebelumnya dianggap tidak terlalu rentan terhadap dampak neurologis dari virus ini.(Courtesy picture:Ilustrasi otak)
Dampak Covid-19 pada Otak Mahasiswa: Perubahan Aktivitas di Korteks Prefrontal
Jakarta, Sofund.news – Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa infeksi Covid-19 meninggalkan jejak pada otak orang dewasa muda, terutama mereka yang berada di usia mahasiswa. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity pada Desember 2024 ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari University of Otago, Selandia Baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dampak infeksi Covid-19 terhadap perkembangan dan fungsi otak pada kelompok usia muda yang umumnya dianggap memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan merekrut 94 mahasiswa sarjana dari University of Otago dengan rentang usia antara 18 hingga 46 tahun, dan rata-rata berusia sekitar 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki riwayat infeksi Covid-19 mengalami perubahan dalam pola aktivitas otak mereka, khususnya di area korteks prefrontal—bagian otak yang berperan penting dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian diri.
Pengukuran aktivitas otak peserta dilakukan selama mereka menjalani tugas-tugas kognitif. Biasanya, pada individu sehat, aktivitas otak dalam kondisi tersebut akan menyebabkan perubahan aliran darah dan kadar oksigen, yang terlihat dalam bentuk penurunan hemoglobin beroksigen di korteks prefrontal. Namun, pada mahasiswa yang sebelumnya terinfeksi Covid-19, pola ini mengalami perubahan. Mereka menunjukkan penurunan kadar hemoglobin beroksigen yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak pernah terinfeksi, yang menandakan adanya pola aktivasi otak yang berbeda.
Fenomena ini cukup mengejutkan bagi para peneliti, terutama karena kelompok usia ini masih berada dalam puncak perkembangan otak dan umumnya lebih tangguh terhadap berbagai faktor yang dapat memengaruhi fungsi otak. Salah satu peneliti utama, Liana Machado, menyatakan bahwa temuan ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam dinamika otak, meskipun belum sepenuhnya diketahui dampak jangka panjangnya.
Menariknya, pola aktivitas otak yang berbeda ini menyerupai pola yang sering ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua. Biasanya, individu yang lebih tua menunjukkan pola aktivasi otak yang berbeda atau meningkat selama tugas-tugas kognitif, yang diyakini sebagai mekanisme kompensasi akibat perubahan fungsi otak seiring bertambahnya usia. Perubahan ini lebih jelas terlihat pada sisi kanan korteks prefrontal, terutama pada mahasiswa yang melaporkan mengalami brain fog atau kabut otak pasca infeksi Covid-19. Gejala brain fog ini mencakup kesulitan dalam berkonsentrasi, gangguan memori, serta kelelahan mental.
Meskipun studi ini menunjukkan adanya perubahan aktivitas otak pada individu yang pernah terinfeksi Covid-19, para peneliti belum dapat memastikan apakah perubahan ini akan memiliki dampak jangka panjang yang merugikan. Machado menegaskan bahwa temuan ini masih dalam tahap awal, dan belum ada alasan untuk menimbulkan kekhawatiran berlebihan. Namun, hasil penelitian ini tetap menjadi catatan penting bagi dunia medis dan neurosains dalam memahami dampak Covid-19 terhadap otak, terutama bagi kelompok usia muda yang sebelumnya dianggap tidak terlalu rentan terhadap dampak neurologis dari virus ini.(Courtesy picture:Ilustrasi otak)