DeepSeek: Inovasi AI China yang Memicu Larangan di Negara-Negara Besar

Last Updated: February 7, 2025By Tags: , , ,

Jakarta, SOFUND.news- DeepSeek, kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh perusahaan asal China, kini tengah menarik perhatian dunia, baik karena kemampuannya yang luar biasa maupun potensi risiko yang ditimbulkannya terhadap keamanan data pengguna. Sejak peluncuran situs antarmukanya pada Januari 2025, DeepSeek telah meraih popularitas luar biasa, bahkan menjadi aplikasi seluler yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play Store, khususnya di Amerika Serikat. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur canggih, seperti analisis berkas, jawaban atas pertanyaan pengguna, serta kemampuan untuk mencari informasi di internet. Kemampuannya dalam menyinkronkan riwayat percakapan di berbagai perangkat dan mendukung pengunggahan berkas juga memberikan fleksibilitas tinggi bagi penggunanya.

Namun, di balik kesuksesannya, muncul kekhawatiran terkait pengelolaan data pribadi pengguna. DeepSeek dikabarkan mengumpulkan berbagai informasi sensitif, termasuk alamat IP, riwayat percakapan, file yang diunggah, hingga aktivitas keyboard pengguna. Semua data ini disimpan di server yang terletak di China, yang tentunya menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi pengawasan oleh pemerintah China dan risiko kebocoran data. Laporan yang diterbitkan oleh Gizchina menyebutkan bahwa regulasi yang diterapkan di China memungkinkan pemerintah untuk mengakses data tersebut, yang menambah keresahan global mengenai perlindungan privasi.

Kekhawatiran tersebut tidak hanya datang dari individu, tetapi juga dari banyak perusahaan yang mulai membatasi penggunaan DeepSeek. Ratusan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sektor publik dan pemerintahan, telah mengambil langkah tegas dengan memblokir akses karyawan mereka ke aplikasi ini. Nadir Izrael, kepala teknologi di perusahaan keamanan siber Armis Inc, menjelaskan bahwa banyak perusahaan khawatir akan potensi kebocoran data yang dapat mengancam keamanan nasional. Bahkan, sekitar 52 persen klien dari Netskope Inc, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan pembatasan akses internet, telah meminta pemblokiran terhadap DeepSeek.

Kekhawatiran akan dampak buruk DeepSeek terhadap privasi semakin meluas. Beberapa negara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Australia telah melarang penggunaan aplikasi ini pada perangkat pemerintah. Italia juga telah meminta DeepSeek untuk mematikan layanannya di negara tersebut setelah gagal memberikan kejelasan mengenai kebijakan privasinya. Negara-negara Eropa, termasuk Jerman dan Perancis, kini tengah mengkaji potensi pelanggaran terhadap regulasi perlindungan data pribadi (GDPR) yang ketat di Uni Eropa.

Selain itu, negara-negara Asia seperti Jepang dan India juga menunjukkan keprihatinan yang sama. Jepang sedang memantau dampak penggunaan DeepSeek terhadap perlindungan data sensitif, sementara India tengah mempertimbangkan langkah serupa setelah beberapa aplikasi asal China sebelumnya diblokir dengan alasan keamanan.

DeepSeek menawarkan inovasi luar biasa dengan fitur-fitur canggih yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas penggunanya. Namun, perkembangan pesat ini juga mengundang perhatian dunia terhadap pentingnya perlindungan data pribadi. Negara-negara di seluruh dunia mulai mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tetap aman dan tidak membahayakan privasi individu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, keamanan data harus tetap menjadi prioritas utama dalam setiap inovasi. (Courtesy picture: Ilustrasi oleh penulis)

DeepSeek: Inovasi AI China yang Memicu Larangan di Negara-Negara Besar

Last Updated: February 7, 2025By Tags: , , ,

Jakarta, SOFUND.news- DeepSeek, kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh perusahaan asal China, kini tengah menarik perhatian dunia, baik karena kemampuannya yang luar biasa maupun potensi risiko yang ditimbulkannya terhadap keamanan data pengguna. Sejak peluncuran situs antarmukanya pada Januari 2025, DeepSeek telah meraih popularitas luar biasa, bahkan menjadi aplikasi seluler yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play Store, khususnya di Amerika Serikat. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur canggih, seperti analisis berkas, jawaban atas pertanyaan pengguna, serta kemampuan untuk mencari informasi di internet. Kemampuannya dalam menyinkronkan riwayat percakapan di berbagai perangkat dan mendukung pengunggahan berkas juga memberikan fleksibilitas tinggi bagi penggunanya.

Namun, di balik kesuksesannya, muncul kekhawatiran terkait pengelolaan data pribadi pengguna. DeepSeek dikabarkan mengumpulkan berbagai informasi sensitif, termasuk alamat IP, riwayat percakapan, file yang diunggah, hingga aktivitas keyboard pengguna. Semua data ini disimpan di server yang terletak di China, yang tentunya menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi pengawasan oleh pemerintah China dan risiko kebocoran data. Laporan yang diterbitkan oleh Gizchina menyebutkan bahwa regulasi yang diterapkan di China memungkinkan pemerintah untuk mengakses data tersebut, yang menambah keresahan global mengenai perlindungan privasi.

Kekhawatiran tersebut tidak hanya datang dari individu, tetapi juga dari banyak perusahaan yang mulai membatasi penggunaan DeepSeek. Ratusan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sektor publik dan pemerintahan, telah mengambil langkah tegas dengan memblokir akses karyawan mereka ke aplikasi ini. Nadir Izrael, kepala teknologi di perusahaan keamanan siber Armis Inc, menjelaskan bahwa banyak perusahaan khawatir akan potensi kebocoran data yang dapat mengancam keamanan nasional. Bahkan, sekitar 52 persen klien dari Netskope Inc, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan pembatasan akses internet, telah meminta pemblokiran terhadap DeepSeek.

Kekhawatiran akan dampak buruk DeepSeek terhadap privasi semakin meluas. Beberapa negara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Australia telah melarang penggunaan aplikasi ini pada perangkat pemerintah. Italia juga telah meminta DeepSeek untuk mematikan layanannya di negara tersebut setelah gagal memberikan kejelasan mengenai kebijakan privasinya. Negara-negara Eropa, termasuk Jerman dan Perancis, kini tengah mengkaji potensi pelanggaran terhadap regulasi perlindungan data pribadi (GDPR) yang ketat di Uni Eropa.

Selain itu, negara-negara Asia seperti Jepang dan India juga menunjukkan keprihatinan yang sama. Jepang sedang memantau dampak penggunaan DeepSeek terhadap perlindungan data sensitif, sementara India tengah mempertimbangkan langkah serupa setelah beberapa aplikasi asal China sebelumnya diblokir dengan alasan keamanan.

DeepSeek menawarkan inovasi luar biasa dengan fitur-fitur canggih yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas penggunanya. Namun, perkembangan pesat ini juga mengundang perhatian dunia terhadap pentingnya perlindungan data pribadi. Negara-negara di seluruh dunia mulai mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tetap aman dan tidak membahayakan privasi individu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, keamanan data harus tetap menjadi prioritas utama dalam setiap inovasi. (Courtesy picture: Ilustrasi oleh penulis)