Efisiensi atau Krisis? Google Kembali Gelar PHK Ratusan Karyawan Secara Diam-diam
Sofund.news – Google kembali menjadi sorotan setelah laporan terbaru menyebutkan bahwa raksasa teknologi ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan dari divisi Platform dan Devices. Divisi ini merupakan unit penting yang menaungi berbagai layanan dan produk andalan Google, seperti smartphone seri Pixel, sistem operasi Android, dan peramban Chrome. Meski jumlah pasti karyawan yang terdampak tidak diungkapkan, gelombang PHK kali ini menambah daftar panjang restrukturisasi internal perusahaan.
Kebijakan PHK ini dikabarkan menyusul langkah Google sebelumnya yang telah menawarkan program pengunduran diri sukarela (buyout) kepada sekitar 25.000 karyawan di divisi yang sama pada Januari 2025. Penggabungan beberapa unit kerja dalam divisi Platform dan Devices beberapa tahun terakhir disebut sebagai latar belakang utama di balik keputusan ini. Google menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi besar untuk meningkatkan efisiensi internal, menyesuaikan struktur organisasi agar lebih ramping dan responsif terhadap dinamika industri.
Perusahaan menegaskan bahwa fokus mereka saat ini adalah pada efisiensi dan efektivitas kerja pasca penggabungan divisi, serta penyesuaian kapasitas tenaga kerja agar lebih selaras dengan arah pengembangan produk dan kebutuhan bisnis. PHK dianggap sebagai langkah lanjutan setelah buyout, guna memperkuat fondasi operasional Google dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
PHK yang terjadi pada pekan ini bukanlah yang pertama dilakukan oleh Google. Sebelumnya, pada tahun 2023, perusahaan juga telah memangkas sekitar 12.000 karyawannya, yang setara dengan sekitar 6 persen dari total karyawan global mereka. Kala itu, CEO Google Sundar Pichai mengakui bahwa keputusan tersebut sulit namun perlu dilakukan demi menjaga keberlanjutan bisnis di tengah tekanan ekonomi global dan perubahan perilaku konsumen, termasuk penurunan belanja daring serta meningkatnya persaingan dalam bidang kecerdasan buatan (AI).
Meskipun tidak dijelaskan secara rinci apa masalah besar yang ingin dihindari oleh perusahaan, banyak pihak menilai bahwa kebijakan efisiensi ini menunjukkan adanya perlambatan dalam pertumbuhan bisnis teknologi, termasuk di dalamnya perusahaan sebesar Google. Tekanan dari pasar, kebutuhan untuk beradaptasi dengan inovasi AI yang berkembang pesat, serta upaya mempertahankan profitabilitas di tengah ekonomi global yang tidak menentu menjadi faktor-faktor yang mendorong Google untuk memangkas tenaga kerjanya.
PHK dan restrukturisasi ini menjadi pengingat bahwa bahkan perusahaan teknologi raksasa pun tidak kebal terhadap tekanan dan perubahan zaman. Di tengah ekspansi besar-besaran teknologi berbasis AI dan inovasi digital, efisiensi operasional tetap menjadi prioritas utama untuk bertahan dan bersaing.(Courtesy picture:dok GOOGLE)
Efisiensi atau Krisis? Google Kembali Gelar PHK Ratusan Karyawan Secara Diam-diam
Sofund.news – Google kembali menjadi sorotan setelah laporan terbaru menyebutkan bahwa raksasa teknologi ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan dari divisi Platform dan Devices. Divisi ini merupakan unit penting yang menaungi berbagai layanan dan produk andalan Google, seperti smartphone seri Pixel, sistem operasi Android, dan peramban Chrome. Meski jumlah pasti karyawan yang terdampak tidak diungkapkan, gelombang PHK kali ini menambah daftar panjang restrukturisasi internal perusahaan.
Kebijakan PHK ini dikabarkan menyusul langkah Google sebelumnya yang telah menawarkan program pengunduran diri sukarela (buyout) kepada sekitar 25.000 karyawan di divisi yang sama pada Januari 2025. Penggabungan beberapa unit kerja dalam divisi Platform dan Devices beberapa tahun terakhir disebut sebagai latar belakang utama di balik keputusan ini. Google menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi besar untuk meningkatkan efisiensi internal, menyesuaikan struktur organisasi agar lebih ramping dan responsif terhadap dinamika industri.
Perusahaan menegaskan bahwa fokus mereka saat ini adalah pada efisiensi dan efektivitas kerja pasca penggabungan divisi, serta penyesuaian kapasitas tenaga kerja agar lebih selaras dengan arah pengembangan produk dan kebutuhan bisnis. PHK dianggap sebagai langkah lanjutan setelah buyout, guna memperkuat fondasi operasional Google dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
PHK yang terjadi pada pekan ini bukanlah yang pertama dilakukan oleh Google. Sebelumnya, pada tahun 2023, perusahaan juga telah memangkas sekitar 12.000 karyawannya, yang setara dengan sekitar 6 persen dari total karyawan global mereka. Kala itu, CEO Google Sundar Pichai mengakui bahwa keputusan tersebut sulit namun perlu dilakukan demi menjaga keberlanjutan bisnis di tengah tekanan ekonomi global dan perubahan perilaku konsumen, termasuk penurunan belanja daring serta meningkatnya persaingan dalam bidang kecerdasan buatan (AI).
Meskipun tidak dijelaskan secara rinci apa masalah besar yang ingin dihindari oleh perusahaan, banyak pihak menilai bahwa kebijakan efisiensi ini menunjukkan adanya perlambatan dalam pertumbuhan bisnis teknologi, termasuk di dalamnya perusahaan sebesar Google. Tekanan dari pasar, kebutuhan untuk beradaptasi dengan inovasi AI yang berkembang pesat, serta upaya mempertahankan profitabilitas di tengah ekonomi global yang tidak menentu menjadi faktor-faktor yang mendorong Google untuk memangkas tenaga kerjanya.
PHK dan restrukturisasi ini menjadi pengingat bahwa bahkan perusahaan teknologi raksasa pun tidak kebal terhadap tekanan dan perubahan zaman. Di tengah ekspansi besar-besaran teknologi berbasis AI dan inovasi digital, efisiensi operasional tetap menjadi prioritas utama untuk bertahan dan bersaing.(Courtesy picture:dok GOOGLE)