Ekowisata Jadi Tren Baru: Wisata Ramah Lingkungan Diminati Generasi Muda

Last Updated: April 17, 2025By Tags:

Jakarta, Sofund.news – Minat terhadap pariwisata ramah lingkungan kian meningkat, terutama di kalangan wisatawan muda berusia 16 hingga 34 tahun. Gaery Undarsa, Co-Founder sekaligus Chief Marketing Officer Tiket.com, menyampaikan bahwa kelompok usia ini melihat ekowisata sebagai daya tarik utama dalam merencanakan perjalanan mereka. Berdasarkan data internal Tiket.com, sekitar 46 persen responden survei menyebut bahwa ekowisata menjadi tren penting yang akan mendominasi sektor pariwisata pada tahun 2024 hingga 2025.

Menurut Gaery, antusiasme terhadap praktik wisata berkelanjutan tak hanya datang dari generasi muda. Dari total seluruh pelancong lintas generasi, tercatat bahwa 71 persen menerima dengan baik rekomendasi wisata berbasis keberlanjutan. Namun, pada generasi Z dan milenial yang dikenal aktif dan gemar menjelajah, angka yang menyatakan kepedulian terhadap praktik ramah lingkungan bahkan mencapai 85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam saat berwisata telah menjadi bagian dari gaya hidup para pelancong muda.

Ekowisata, atau yang juga dikenal sebagai wisata berbasis alam, menawarkan pengalaman wisata yang tidak sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga melibatkan edukasi lingkungan dan tanggung jawab untuk melindungi ekosistem. Tujuan utama dari jenis wisata ini adalah memastikan bahwa aktivitas wisata tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Praktiknya dapat berupa penggunaan sumber daya alam secara bijak, pengurangan sampah plastik, hingga partisipasi aktif dalam pelestarian seperti menanam pohon.

Indonesia sendiri memiliki banyak destinasi ekowisata yang dapat dijelajahi, mulai dari Taman Nasional Ujung Kulon yang menjadi rumah bagi badak Jawa, Taman Nasional Baluran dengan padang savana Afrika-nya, Desa Penglipuran di Bali yang terkenal akan kebersihan dan pelestarian budaya lokal, hingga keindahan bawah laut Raja Ampat yang mendunia. Seluruh tempat tersebut tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, namun juga menjadi bukti bahwa pariwisata dapat berjalan selaras dengan pelestarian lingkungan.

Sebagai salah satu platform perjalanan daring terkemuka di Indonesia, Tiket.com mengambil peran aktif dalam mendukung pergeseran tren menuju ekowisata. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan menghadirkan fitur “tiket Green”, sebuah filter pencarian akomodasi yang membantu wisatawan menemukan tempat menginap yang telah menerapkan praktik berkelanjutan. Fitur ini memudahkan pengguna dalam memilih hotel dan penginapan yang telah berkomitmen pada prinsip-prinsip ramah lingkungan.

Gaery mengungkapkan bahwa sejak peluncuran fitur tiket Green pada tahun 2024, antusiasme dari penyedia akomodasi juga terus tumbuh. Awalnya hanya terdapat sekitar 1.000 properti berlabel ramah lingkungan, namun kini jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2.500 properti yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif, baik dari sisi konsumen maupun penyedia layanan, akan pentingnya menjaga keberlangsungan alam dalam aktivitas wisata.

Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap ekowisata serta dukungan teknologi dari platform perjalanan seperti Tiket.com, masa depan pariwisata Indonesia diperkirakan akan semakin hijau dan berkelanjutan. Wisata tak lagi hanya soal petualangan, tetapi juga soal kepedulian terhadap bumi.(Courtesy picture:Ilustrasi Penulis)

Ekowisata Jadi Tren Baru: Wisata Ramah Lingkungan Diminati Generasi Muda

Last Updated: April 17, 2025By Tags:

Jakarta, Sofund.news – Minat terhadap pariwisata ramah lingkungan kian meningkat, terutama di kalangan wisatawan muda berusia 16 hingga 34 tahun. Gaery Undarsa, Co-Founder sekaligus Chief Marketing Officer Tiket.com, menyampaikan bahwa kelompok usia ini melihat ekowisata sebagai daya tarik utama dalam merencanakan perjalanan mereka. Berdasarkan data internal Tiket.com, sekitar 46 persen responden survei menyebut bahwa ekowisata menjadi tren penting yang akan mendominasi sektor pariwisata pada tahun 2024 hingga 2025.

Menurut Gaery, antusiasme terhadap praktik wisata berkelanjutan tak hanya datang dari generasi muda. Dari total seluruh pelancong lintas generasi, tercatat bahwa 71 persen menerima dengan baik rekomendasi wisata berbasis keberlanjutan. Namun, pada generasi Z dan milenial yang dikenal aktif dan gemar menjelajah, angka yang menyatakan kepedulian terhadap praktik ramah lingkungan bahkan mencapai 85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam saat berwisata telah menjadi bagian dari gaya hidup para pelancong muda.

Ekowisata, atau yang juga dikenal sebagai wisata berbasis alam, menawarkan pengalaman wisata yang tidak sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga melibatkan edukasi lingkungan dan tanggung jawab untuk melindungi ekosistem. Tujuan utama dari jenis wisata ini adalah memastikan bahwa aktivitas wisata tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Praktiknya dapat berupa penggunaan sumber daya alam secara bijak, pengurangan sampah plastik, hingga partisipasi aktif dalam pelestarian seperti menanam pohon.

Indonesia sendiri memiliki banyak destinasi ekowisata yang dapat dijelajahi, mulai dari Taman Nasional Ujung Kulon yang menjadi rumah bagi badak Jawa, Taman Nasional Baluran dengan padang savana Afrika-nya, Desa Penglipuran di Bali yang terkenal akan kebersihan dan pelestarian budaya lokal, hingga keindahan bawah laut Raja Ampat yang mendunia. Seluruh tempat tersebut tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, namun juga menjadi bukti bahwa pariwisata dapat berjalan selaras dengan pelestarian lingkungan.

Sebagai salah satu platform perjalanan daring terkemuka di Indonesia, Tiket.com mengambil peran aktif dalam mendukung pergeseran tren menuju ekowisata. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan menghadirkan fitur “tiket Green”, sebuah filter pencarian akomodasi yang membantu wisatawan menemukan tempat menginap yang telah menerapkan praktik berkelanjutan. Fitur ini memudahkan pengguna dalam memilih hotel dan penginapan yang telah berkomitmen pada prinsip-prinsip ramah lingkungan.

Gaery mengungkapkan bahwa sejak peluncuran fitur tiket Green pada tahun 2024, antusiasme dari penyedia akomodasi juga terus tumbuh. Awalnya hanya terdapat sekitar 1.000 properti berlabel ramah lingkungan, namun kini jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2.500 properti yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif, baik dari sisi konsumen maupun penyedia layanan, akan pentingnya menjaga keberlangsungan alam dalam aktivitas wisata.

Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap ekowisata serta dukungan teknologi dari platform perjalanan seperti Tiket.com, masa depan pariwisata Indonesia diperkirakan akan semakin hijau dan berkelanjutan. Wisata tak lagi hanya soal petualangan, tetapi juga soal kepedulian terhadap bumi.(Courtesy picture:Ilustrasi Penulis)