Instagram Tantang TikTok: Inovasi Baru di Tengah Ketidakpastian Pasar AS

Last Updated: January 22, 2025By Tags: , ,

Jakarta, SOFUND.news–  Instagram terus berinovasi dengan meluncurkan sejumlah fitur baru yang meniru kesuksesan TikTok, sebuah langkah yang menimbulkan spekulasi bahwa perusahaan induknya, Meta, mencoba memanfaatkan ketidakpastian seputar masa depan TikTok di Amerika Serikat. Pada 19 Januari, Meta memperkenalkan aplikasi video editing bernama Edits, yang secara mencolok menyerupai CapCut, aplikasi suntingan video populer yang dimiliki oleh ByteDance, induk TikTok.

Dalam sebuah video yang diunggah di Instagram, Kepala Instagram Adam Mosseri menjelaskan bahwa fokus utama mereka adalah menciptakan alat kreatif terbaik untuk para pembuat konten, tidak hanya untuk platform Instagram, tetapi juga untuk semua media sosial. Pernyataan ini hadir di tengah meningkatnya perhatian terhadap potensi pemblokiran TikTok di AS. Pada 18 Januari, TikTok dan CapCut sempat memblokir akses pengguna Amerika beberapa jam sebelum aturan pemblokiran diberlakukan, menciptakan keresahan di kalangan pengguna.

Instagram juga memperkenalkan perubahan pada tampilan grid foto yang kini menggunakan format persegi panjang, menyerupai tata letak halaman profil TikTok. Langkah lainnya adalah memperpanjang durasi maksimal video Reels dari 90 detik menjadi tiga menit. Mosseri menuturkan bahwa peningkatan durasi ini diambil setelah mendengar masukan dari pengguna yang ingin menceritakan kisah lebih panjang.

Namun, terlepas dari berbagai inovasi tersebut, upaya Instagram untuk menarik pengguna TikTok tidak selalu berbuah manis. Di saat yang sama, platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) juga memperkuat fokus mereka pada video dengan memungkinkan pengguna menggulir video langsung dari linimasa, sebuah fitur yang mulai digemari oleh pengguna.

Persaingan antara platform media sosial semakin ketat sejak TikTok meroket pada 2020, mengancam dominasi Instagram di pasar video pendek. Instagram meluncurkan Reels di AS pada Agustus 2020, hanya beberapa hari setelah pemerintahan Trump mengumumkan rencana larangan TikTok. Meskipun begitu, migrasi pengguna dari TikTok ke Instagram tidak terjadi secara masif. Sebaliknya, aplikasi asal Tiongkok lainnya seperti RedNote mulai menarik perhatian di tengah isu pemblokiran TikTok.

TikTok menghadapi tekanan besar di AS, dengan ByteDance menolak untuk menjual perusahaan meskipun menghadapi ancaman hukum. Calon pembeli seperti Jesse Tinsley dan MrBeast, bersama pengusaha terkenal seperti Frank McCourt dan Kevin O’Leary, telah menunjukkan minat untuk mengakuisisi TikTok. Namun, penawaran tersebut terhalang oleh kebijakan ketat pemerintah Tiongkok terkait algoritma konten yang dianggap sebagai aset strategis. (Courtesy picture: Ilustrasi oleh penulis)

Keputusan Trump untuk memperpanjang tenggat waktu penjualan TikTok selama 75 hari pada 20 Januari menambah ketidakpastian. Meskipun langkah tersebut masih diperdebatkan dari segi legalitas, dampaknya terhadap masa depan TikTok tetap signifikan. Kini, dengan makin banyaknya platform yang berlomba-lomba menawarkan pengalaman video, masa depan perang media sosial kian menarik untuk diikuti.

Instagram Tantang TikTok: Inovasi Baru di Tengah Ketidakpastian Pasar AS

Last Updated: January 22, 2025By Tags: , ,

Jakarta, SOFUND.news–  Instagram terus berinovasi dengan meluncurkan sejumlah fitur baru yang meniru kesuksesan TikTok, sebuah langkah yang menimbulkan spekulasi bahwa perusahaan induknya, Meta, mencoba memanfaatkan ketidakpastian seputar masa depan TikTok di Amerika Serikat. Pada 19 Januari, Meta memperkenalkan aplikasi video editing bernama Edits, yang secara mencolok menyerupai CapCut, aplikasi suntingan video populer yang dimiliki oleh ByteDance, induk TikTok.

Dalam sebuah video yang diunggah di Instagram, Kepala Instagram Adam Mosseri menjelaskan bahwa fokus utama mereka adalah menciptakan alat kreatif terbaik untuk para pembuat konten, tidak hanya untuk platform Instagram, tetapi juga untuk semua media sosial. Pernyataan ini hadir di tengah meningkatnya perhatian terhadap potensi pemblokiran TikTok di AS. Pada 18 Januari, TikTok dan CapCut sempat memblokir akses pengguna Amerika beberapa jam sebelum aturan pemblokiran diberlakukan, menciptakan keresahan di kalangan pengguna.

Instagram juga memperkenalkan perubahan pada tampilan grid foto yang kini menggunakan format persegi panjang, menyerupai tata letak halaman profil TikTok. Langkah lainnya adalah memperpanjang durasi maksimal video Reels dari 90 detik menjadi tiga menit. Mosseri menuturkan bahwa peningkatan durasi ini diambil setelah mendengar masukan dari pengguna yang ingin menceritakan kisah lebih panjang.

Namun, terlepas dari berbagai inovasi tersebut, upaya Instagram untuk menarik pengguna TikTok tidak selalu berbuah manis. Di saat yang sama, platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) juga memperkuat fokus mereka pada video dengan memungkinkan pengguna menggulir video langsung dari linimasa, sebuah fitur yang mulai digemari oleh pengguna.

Persaingan antara platform media sosial semakin ketat sejak TikTok meroket pada 2020, mengancam dominasi Instagram di pasar video pendek. Instagram meluncurkan Reels di AS pada Agustus 2020, hanya beberapa hari setelah pemerintahan Trump mengumumkan rencana larangan TikTok. Meskipun begitu, migrasi pengguna dari TikTok ke Instagram tidak terjadi secara masif. Sebaliknya, aplikasi asal Tiongkok lainnya seperti RedNote mulai menarik perhatian di tengah isu pemblokiran TikTok.

TikTok menghadapi tekanan besar di AS, dengan ByteDance menolak untuk menjual perusahaan meskipun menghadapi ancaman hukum. Calon pembeli seperti Jesse Tinsley dan MrBeast, bersama pengusaha terkenal seperti Frank McCourt dan Kevin O’Leary, telah menunjukkan minat untuk mengakuisisi TikTok. Namun, penawaran tersebut terhalang oleh kebijakan ketat pemerintah Tiongkok terkait algoritma konten yang dianggap sebagai aset strategis. (Courtesy picture: Ilustrasi oleh penulis)

Keputusan Trump untuk memperpanjang tenggat waktu penjualan TikTok selama 75 hari pada 20 Januari menambah ketidakpastian. Meskipun langkah tersebut masih diperdebatkan dari segi legalitas, dampaknya terhadap masa depan TikTok tetap signifikan. Kini, dengan makin banyaknya platform yang berlomba-lomba menawarkan pengalaman video, masa depan perang media sosial kian menarik untuk diikuti.