Intermittent Fasting: Tren Gaya Hidup Sehat yang Kian Digemari, Apa Keuntungannya?

Last Updated: February 10, 2025By Tags: , ,

Jakarta, SOFUND.news- Dalam beberapa tahun terakhir, tren gaya hidup sehat semakin berkembang, dengan berbagai metode diet yang bermunculan. Salah satu yang paling populer adalah Intermittent Fasting (IF) atau puasa intermiten, sebuah metode yang tidak hanya bertujuan untuk menurunkan berat badan, tetapi juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. IF melibatkan pola makan tertentu dengan mengatur waktu makan dan berpuasa dalam periode tertentu, tanpa membatasi jenis makanan yang dikonsumsi.

Metode ini memiliki berbagai manfaat kesehatan yang telah dibuktikan melalui penelitian, seperti menurunkan risiko penyakit jantung, menghambat perkembangan sel kanker, mendukung kesehatan otak, serta membantu regenerasi sel-sel tubuh. Studi dari University of Southern California menemukan bahwa puasa berkala dapat memperlambat penuaan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit kronis.

Terdapat beberapa metode yang dapat dipilih dalam menjalankan IF, di antaranya metode 16:8, yang melibatkan puasa selama 16 jam dan makan dalam jendela waktu 8 jam; metode 14:10 yang lebih ringan dengan puasa 14 jam dan makan dalam 10 jam; serta metode 5:2, di mana seseorang makan normal selama lima hari dalam seminggu dan mengurangi asupan kalori secara drastis selama dua hari lainnya. Ada juga metode Eat Stop Eat, yang mengharuskan puasa penuh selama 24 jam sebanyak satu hingga dua kali seminggu.

Namun, meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, IF juga memiliki beberapa potensi efek samping. Sebuah penelitian terbaru dari Westlake University, Zhejiang, China, yang diterbitkan dalam jurnal Cell pada Desember 2024, mengungkapkan bahwa IF dapat berdampak pada pertumbuhan rambut. Studi yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa tikus yang menjalani IF mengalami perlambatan pertumbuhan rambut dibandingkan dengan kelompok yang tidak menjalani puasa intermiten. Hal ini disebabkan oleh stres pada sel induk folikel rambut (HFSC), yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan sumber energi dari glukosa ke lemak.

Dalam eksperimen tersebut, tikus yang berpuasa 16 jam hanya mengalami pertumbuhan rambut sebagian setelah 96 hari, sementara kelompok kontrol yang diberi makan normal menumbuhkan rambut kembali dalam 30 hari. Para peneliti menemukan bahwa periode puasa yang lama dapat menyebabkan folikel rambut mati sebelum memasuki fase pertumbuhan aktif.

Meskipun temuan ini menunjukkan adanya efek samping, para ahli menyarankan bahwa dampak ini dapat diminimalkan dengan mengatur pola makan yang lebih fleksibel dan memastikan asupan nutrisi yang cukup selama periode makan. Bagi mereka yang menjalani IF, penting untuk memahami kondisi tubuh masing-masing dan memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan individu.

Dengan meningkatnya popularitas IF sebagai strategi diet dan gaya hidup sehat, metode ini terus menjadi bahan penelitian untuk memahami dampaknya secara lebih luas. IF tetap menjadi pilihan menarik bagi banyak orang, baik untuk menurunkan berat badan maupun meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Namun, seperti halnya metode diet lainnya, penting untuk mempertimbangkan faktor risiko dan menyesuaikannya dengan kondisi tubuh agar manfaat yang diperoleh tetap optimal. (Courtesy picture: Ilustrasi oleh penulis)

Intermittent Fasting: Tren Gaya Hidup Sehat yang Kian Digemari, Apa Keuntungannya?

Last Updated: February 10, 2025By Tags: , ,

Jakarta, SOFUND.news- Dalam beberapa tahun terakhir, tren gaya hidup sehat semakin berkembang, dengan berbagai metode diet yang bermunculan. Salah satu yang paling populer adalah Intermittent Fasting (IF) atau puasa intermiten, sebuah metode yang tidak hanya bertujuan untuk menurunkan berat badan, tetapi juga meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. IF melibatkan pola makan tertentu dengan mengatur waktu makan dan berpuasa dalam periode tertentu, tanpa membatasi jenis makanan yang dikonsumsi.

Metode ini memiliki berbagai manfaat kesehatan yang telah dibuktikan melalui penelitian, seperti menurunkan risiko penyakit jantung, menghambat perkembangan sel kanker, mendukung kesehatan otak, serta membantu regenerasi sel-sel tubuh. Studi dari University of Southern California menemukan bahwa puasa berkala dapat memperlambat penuaan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit kronis.

Terdapat beberapa metode yang dapat dipilih dalam menjalankan IF, di antaranya metode 16:8, yang melibatkan puasa selama 16 jam dan makan dalam jendela waktu 8 jam; metode 14:10 yang lebih ringan dengan puasa 14 jam dan makan dalam 10 jam; serta metode 5:2, di mana seseorang makan normal selama lima hari dalam seminggu dan mengurangi asupan kalori secara drastis selama dua hari lainnya. Ada juga metode Eat Stop Eat, yang mengharuskan puasa penuh selama 24 jam sebanyak satu hingga dua kali seminggu.

Namun, meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, IF juga memiliki beberapa potensi efek samping. Sebuah penelitian terbaru dari Westlake University, Zhejiang, China, yang diterbitkan dalam jurnal Cell pada Desember 2024, mengungkapkan bahwa IF dapat berdampak pada pertumbuhan rambut. Studi yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa tikus yang menjalani IF mengalami perlambatan pertumbuhan rambut dibandingkan dengan kelompok yang tidak menjalani puasa intermiten. Hal ini disebabkan oleh stres pada sel induk folikel rambut (HFSC), yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan sumber energi dari glukosa ke lemak.

Dalam eksperimen tersebut, tikus yang berpuasa 16 jam hanya mengalami pertumbuhan rambut sebagian setelah 96 hari, sementara kelompok kontrol yang diberi makan normal menumbuhkan rambut kembali dalam 30 hari. Para peneliti menemukan bahwa periode puasa yang lama dapat menyebabkan folikel rambut mati sebelum memasuki fase pertumbuhan aktif.

Meskipun temuan ini menunjukkan adanya efek samping, para ahli menyarankan bahwa dampak ini dapat diminimalkan dengan mengatur pola makan yang lebih fleksibel dan memastikan asupan nutrisi yang cukup selama periode makan. Bagi mereka yang menjalani IF, penting untuk memahami kondisi tubuh masing-masing dan memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan individu.

Dengan meningkatnya popularitas IF sebagai strategi diet dan gaya hidup sehat, metode ini terus menjadi bahan penelitian untuk memahami dampaknya secara lebih luas. IF tetap menjadi pilihan menarik bagi banyak orang, baik untuk menurunkan berat badan maupun meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Namun, seperti halnya metode diet lainnya, penting untuk mempertimbangkan faktor risiko dan menyesuaikannya dengan kondisi tubuh agar manfaat yang diperoleh tetap optimal. (Courtesy picture: Ilustrasi oleh penulis)