Kebijakan Trump Memicu Kontroversi Global, Indonesia Berupaya Memanfaatkan Peluang

Last Updated: January 22, 2025By Tags: , , ,

Jakarta, SOFUND.news – Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025. Sebelum menjabat, ia telah mengeluarkan pernyataan kontroversial, termasuk rencana mengintegrasikan Greenland, wilayah Denmark, ke Amerika Serikat. Bahkan, ia mengancam akan menaikkan tarif jika Denmark menolak. Trump juga sempat melontarkan gagasan menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS, yang memicu kritik internasional karena dianggap mengancam stabilitas geopolitik.

Di bidang ekonomi, kebijakan perang tarif yang direncanakan Trump diprediksi menekan aktivitas produksi di negara-negara produsen utama seperti Tiongkok, Meksiko, dan Kanada. Langkah proteksionis ini dikhawatirkan berdampak negatif pada perdagangan global dan menimbulkan ketidakpastian ekonomi. Indonesia, sebagai anggota BRICS, dinilai memiliki peluang memperkuat posisi dagangnya di tengah tantangan global ini.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, memperingatkan bahwa kebijakan agresif AS dapat mengganggu iklim investasi global. Dampaknya juga dirasakan Indonesia, yang harus memperkuat fondasi ekonomi dengan menjaga inflasi stabil, meningkatkan cadangan devisa, dan memperbaiki iklim investasi. Kerja sama dengan anggota BRICS menjadi strategi penting untuk memperluas pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti risiko ekonomi Indonesia akibat kebijakan Trump, termasuk pelebaran defisit fiskal AS yang memengaruhi stabilitas pasar global. Namun, ia juga melihat peluang bagi Indonesia untuk menjadi alternatif penyedia produk global, terutama di tengah perang dagang AS-Tiongkok. Ia menegaskan pentingnya inovasi produk lokal dan penguatan sektor manufaktur serta teknologi domestik untuk menjaga daya saing.

Indonesia diharapkan dapat merespons dinamika global ini dengan memperluas kerja sama perdagangan dan investasi, terutama dengan negara-negara BRICS. Kolaborasi pemerintah dan sektor swasta dalam menciptakan produk dan layanan inovatif juga menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu menjadi pemain utama di pasar global.

Kendati kebijakan proteksionis AS menimbulkan tantangan, Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat posisinya di kancah internasional melalui strategi ekonomi yang matang dan kerja sama global yang solid.(Courtesy picture:Ilustrasi Penulis)

Kebijakan Trump Memicu Kontroversi Global, Indonesia Berupaya Memanfaatkan Peluang

Last Updated: January 22, 2025By Tags: , , ,

Jakarta, SOFUND.news – Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025. Sebelum menjabat, ia telah mengeluarkan pernyataan kontroversial, termasuk rencana mengintegrasikan Greenland, wilayah Denmark, ke Amerika Serikat. Bahkan, ia mengancam akan menaikkan tarif jika Denmark menolak. Trump juga sempat melontarkan gagasan menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS, yang memicu kritik internasional karena dianggap mengancam stabilitas geopolitik.

Di bidang ekonomi, kebijakan perang tarif yang direncanakan Trump diprediksi menekan aktivitas produksi di negara-negara produsen utama seperti Tiongkok, Meksiko, dan Kanada. Langkah proteksionis ini dikhawatirkan berdampak negatif pada perdagangan global dan menimbulkan ketidakpastian ekonomi. Indonesia, sebagai anggota BRICS, dinilai memiliki peluang memperkuat posisi dagangnya di tengah tantangan global ini.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, memperingatkan bahwa kebijakan agresif AS dapat mengganggu iklim investasi global. Dampaknya juga dirasakan Indonesia, yang harus memperkuat fondasi ekonomi dengan menjaga inflasi stabil, meningkatkan cadangan devisa, dan memperbaiki iklim investasi. Kerja sama dengan anggota BRICS menjadi strategi penting untuk memperluas pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti risiko ekonomi Indonesia akibat kebijakan Trump, termasuk pelebaran defisit fiskal AS yang memengaruhi stabilitas pasar global. Namun, ia juga melihat peluang bagi Indonesia untuk menjadi alternatif penyedia produk global, terutama di tengah perang dagang AS-Tiongkok. Ia menegaskan pentingnya inovasi produk lokal dan penguatan sektor manufaktur serta teknologi domestik untuk menjaga daya saing.

Indonesia diharapkan dapat merespons dinamika global ini dengan memperluas kerja sama perdagangan dan investasi, terutama dengan negara-negara BRICS. Kolaborasi pemerintah dan sektor swasta dalam menciptakan produk dan layanan inovatif juga menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu menjadi pemain utama di pasar global.

Kendati kebijakan proteksionis AS menimbulkan tantangan, Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat posisinya di kancah internasional melalui strategi ekonomi yang matang dan kerja sama global yang solid.(Courtesy picture:Ilustrasi Penulis)