Langkah Strategis Kemenperin Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional

Last Updated: April 25, 2025By Tags:

Jakarta, Sofund.news – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menunjukkan komitmennya dalam mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satu fokus utama adalah mendorong produksi baterai kendaraan listrik, yang menjadi komponen vital dalam transisi menuju kendaraan ramah lingkungan. Tren positif terlihat dari peningkatan jumlah kendaraan listrik yang beroperasi di Tanah Air. Pada 2024, jumlah kendaraan listrik di Indonesia telah mencapai 207.000 unit, naik signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 116.000 unit.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa pertumbuhan ini tidak lepas dari berbagai kebijakan strategis pemerintah. Mulai dari pemberian kemudahan usaha, penyusunan peta jalan (roadmap), hingga peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), semuanya diarahkan untuk memperkuat fondasi industri kendaraan listrik nasional. Menperin menargetkan pada 2030 mendatang, Indonesia mampu memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik serta 600.000 unit mobil dan bus listrik. Target ini diharapkan mampu mengurangi konsumsi bahan bakar minyak hingga 21,65 juta barel dan menekan emisi karbon sebesar 7,9 juta ton.

Industri kendaraan listrik di Indonesia kini melibatkan puluhan perusahaan. Tercatat 63 perusahaan memproduksi sepeda motor listrik dengan kapasitas 2,28 juta unit per tahun, dan sembilan perusahaan mobil listrik dengan kapasitas 70.060 unit per tahun. Sementara itu, tujuh perusahaan memproduksi bus listrik dengan kapasitas 3.100 unit per tahun. Total nilai investasi yang dikucurkan mencapai Rp 5,63 triliun.

Meskipun LG Energy Solution memutuskan mundur dari proyek investasi di Indonesia, Menperin memastikan bahwa hal tersebut tidak mengganggu jalannya program. Kini, posisi LG digantikan oleh perusahaan asal Tiongkok, Huayou, yang bergerak di bidang manufaktur material baterai lithium-ion dan kobalt. Menurut Agus, pergantian mitra investasi dalam proyek besar merupakan hal yang lumrah dan tidak akan menghambat pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Lebih lanjut, Indonesia kini memiliki dua produsen baterai motor listrik, yakni PT Industri Ion Energisindo dan PT Energi Selalu Baru, dengan kapasitas gabungan mencapai 22.000 pak per tahun. Di sisi lain, dua perusahaan besar juga berperan dalam produksi baterai mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power dan PT International Chemical Industry. PT HLI Green Power yang merupakan konsorsium Hyundai dan LG memiliki kapasitas awal 10 GWh dan nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS. Sedangkan PT International Chemical Industry memiliki kapasitas 100 MWh per tahun dengan target peningkatan menjadi 256 MWh.

Tak hanya itu, PT Hyundai Energy Indonesia dan PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia turut memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik nasional. Kemenperin menegaskan bahwa pengembangan ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi Presiden Prabowo Subianto, untuk menambah nilai guna sumber daya alam domestik, khususnya nikel.

Sebagai bentuk keberlanjutan, Kemenperin juga tengah mendorong pengembangan teknologi daur ulang baterai. Tujuannya adalah membangun ekosistem industri baterai yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.

Pemerintah juga telah mengeluarkan beragam insentif baik untuk konsumen maupun pelaku industri. Insentif bagi konsumen meliputi pembebasan PPnBM, PPN, dan BBN, hingga fasilitas diskon listrik dan pelat nomor khusus. Sementara bagi industri, insentif seperti tax holiday, bea masuk nol persen, dan super tax deduction disediakan untuk mendorong investasi dan produksi. Menperin optimistis bahwa rangkaian insentif ini akan mempercepat tumbuhnya industri kendaraan listrik yang kuat dan berdaya saing tinggi di Indonesia. (Courtsey Picture : Ilustrasi Penulis)

Langkah Strategis Kemenperin Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional

Last Updated: April 25, 2025By Tags:

Jakarta, Sofund.news – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menunjukkan komitmennya dalam mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Salah satu fokus utama adalah mendorong produksi baterai kendaraan listrik, yang menjadi komponen vital dalam transisi menuju kendaraan ramah lingkungan. Tren positif terlihat dari peningkatan jumlah kendaraan listrik yang beroperasi di Tanah Air. Pada 2024, jumlah kendaraan listrik di Indonesia telah mencapai 207.000 unit, naik signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 116.000 unit.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa pertumbuhan ini tidak lepas dari berbagai kebijakan strategis pemerintah. Mulai dari pemberian kemudahan usaha, penyusunan peta jalan (roadmap), hingga peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), semuanya diarahkan untuk memperkuat fondasi industri kendaraan listrik nasional. Menperin menargetkan pada 2030 mendatang, Indonesia mampu memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik serta 600.000 unit mobil dan bus listrik. Target ini diharapkan mampu mengurangi konsumsi bahan bakar minyak hingga 21,65 juta barel dan menekan emisi karbon sebesar 7,9 juta ton.

Industri kendaraan listrik di Indonesia kini melibatkan puluhan perusahaan. Tercatat 63 perusahaan memproduksi sepeda motor listrik dengan kapasitas 2,28 juta unit per tahun, dan sembilan perusahaan mobil listrik dengan kapasitas 70.060 unit per tahun. Sementara itu, tujuh perusahaan memproduksi bus listrik dengan kapasitas 3.100 unit per tahun. Total nilai investasi yang dikucurkan mencapai Rp 5,63 triliun.

Meskipun LG Energy Solution memutuskan mundur dari proyek investasi di Indonesia, Menperin memastikan bahwa hal tersebut tidak mengganggu jalannya program. Kini, posisi LG digantikan oleh perusahaan asal Tiongkok, Huayou, yang bergerak di bidang manufaktur material baterai lithium-ion dan kobalt. Menurut Agus, pergantian mitra investasi dalam proyek besar merupakan hal yang lumrah dan tidak akan menghambat pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Lebih lanjut, Indonesia kini memiliki dua produsen baterai motor listrik, yakni PT Industri Ion Energisindo dan PT Energi Selalu Baru, dengan kapasitas gabungan mencapai 22.000 pak per tahun. Di sisi lain, dua perusahaan besar juga berperan dalam produksi baterai mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power dan PT International Chemical Industry. PT HLI Green Power yang merupakan konsorsium Hyundai dan LG memiliki kapasitas awal 10 GWh dan nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS. Sedangkan PT International Chemical Industry memiliki kapasitas 100 MWh per tahun dengan target peningkatan menjadi 256 MWh.

Tak hanya itu, PT Hyundai Energy Indonesia dan PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia turut memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik nasional. Kemenperin menegaskan bahwa pengembangan ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi Presiden Prabowo Subianto, untuk menambah nilai guna sumber daya alam domestik, khususnya nikel.

Sebagai bentuk keberlanjutan, Kemenperin juga tengah mendorong pengembangan teknologi daur ulang baterai. Tujuannya adalah membangun ekosistem industri baterai yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.

Pemerintah juga telah mengeluarkan beragam insentif baik untuk konsumen maupun pelaku industri. Insentif bagi konsumen meliputi pembebasan PPnBM, PPN, dan BBN, hingga fasilitas diskon listrik dan pelat nomor khusus. Sementara bagi industri, insentif seperti tax holiday, bea masuk nol persen, dan super tax deduction disediakan untuk mendorong investasi dan produksi. Menperin optimistis bahwa rangkaian insentif ini akan mempercepat tumbuhnya industri kendaraan listrik yang kuat dan berdaya saing tinggi di Indonesia. (Courtsey Picture : Ilustrasi Penulis)