Menguak Fakta Vitamin D3: Benarkah Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan?
Benarkah Vitamin D3 Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya
Jakarta, Sofund.news – Baru-baru ini, media sosial TikTok dihebohkan dengan sebuah video yang mengklaim bahwa konsumsi vitamin D3 dapat membantu menurunkan berat badan. Video yang diunggah oleh akun @shexxxxxx ini menuai beragam reaksi dari warganet. Beberapa orang mengamini manfaat vitamin D3 dalam program penurunan berat badan, sementara yang lain mempertanyakan keakuratan klaim tersebut.
Dalam video tersebut, sang pengunggah berbagi pengalaman pribadinya yang berhasil menurunkan berat badan dengan mengombinasikan berbagai metode, seperti intermittent fasting, berjalan kaki 10 ribu langkah per hari, dan menjalani defisit kalori. Ia juga mengonsumsi vitamin D3, namun menekankan bahwa suplemen ini bukanlah obat pelangsing. Menurutnya, vitamin D3 hanya membantu prosesnya, tetapi tetap harus dibarengi dengan pola hidup sehat dan olahraga yang teratur.
Fenomena ini pun menarik perhatian para ahli gizi, termasuk dokter spesialis gizi klinik Johanes C Chandrawinata, SpGK. Ia menjelaskan bahwa banyak penelitian menghubungkan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi dan kadar lemak berlebih dengan rendahnya kadar vitamin D dalam darah. Ada beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebabnya.
Salah satu teori menyebutkan bahwa orang dengan obesitas cenderung kurang mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D. Selain itu, mereka juga mungkin lebih jarang terpapar sinar matahari atau memiliki kemampuan konversi vitamin D yang lebih rendah di kulitnya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa enzim yang diperlukan untuk mengaktifkan vitamin D dalam tubuh bisa lebih rendah pada orang dengan obesitas.
Namun, sebuah studi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jika kadar vitamin D dalam tubuh seseorang disesuaikan dengan ukuran tubuhnya, maka tidak ada perbedaan signifikan antara kadar vitamin D pada orang obesitas dan mereka yang memiliki berat badan normal.
Menariknya, ada pula penelitian yang membuktikan bahwa pengidap obesitas yang berhasil menurunkan berat badan cenderung mengalami peningkatan kadar vitamin D dalam darahnya. Salah satu penelitian yang melibatkan 218 orang dengan obesitas dan kelebihan berat badan menunjukkan bahwa peserta yang mengonsumsi vitamin D mengalami penurunan berat badan lebih banyak, rata-rata 3,2 kg lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang hanya mengonsumsi plasebo.
Beberapa teori mencoba menjelaskan bagaimana vitamin D dapat berperan dalam proses penurunan berat badan. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa vitamin D mungkin berperan dalam menghambat pembentukan sel lemak baru di dalam tubuh dan mengurangi penyimpanan lemak, sehingga mencegah akumulasi lemak berlebih. Selain itu, vitamin D juga dikaitkan dengan peningkatan kadar serotonin, yaitu hormon yang membantu mengurangi nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang, sehingga secara tidak langsung dapat membantu mengurangi asupan kalori dan mempercepat proses penurunan berat badan.
Di sisi lain, kadar vitamin D yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron, yang berperan dalam metabolisme dan pembakaran lemak. Dengan kata lain, vitamin D dapat membantu tubuh dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan berat badan.
Meskipun begitu, dr. Johanes menekankan bahwa metode utama dalam menurunkan berat badan tetaplah diet defisit kalori yang seimbang serta aktivitas fisik yang cukup. Kombinasi antara pola makan sehat dan gaya hidup aktif, seperti berjalan kaki 10 ribu langkah per hari, tetap menjadi kunci utama dalam mencapai berat badan ideal. Vitamin D3 mungkin dapat mendukung proses ini, tetapi bukan sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan penurunan berat badan.
Kesimpulannya, meskipun ada beberapa penelitian yang mengindikasikan bahwa vitamin D3 berpotensi membantu menurunkan berat badan, efeknya tetap harus didukung oleh pola hidup sehat dan defisit kalori. Bagi siapa pun yang ingin menurunkan berat badan, fokus utama tetaplah pada pola makan yang seimbang dan rutin berolahraga, sementara konsumsi suplemen seperti vitamin D3 bisa menjadi faktor tambahan yang membantu tetapi bukan satu-satunya solusi.(Courtesy picture:Ilustrasi gambar D3)
Menguak Fakta Vitamin D3: Benarkah Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan?
Benarkah Vitamin D3 Bisa Membantu Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya
Jakarta, Sofund.news – Baru-baru ini, media sosial TikTok dihebohkan dengan sebuah video yang mengklaim bahwa konsumsi vitamin D3 dapat membantu menurunkan berat badan. Video yang diunggah oleh akun @shexxxxxx ini menuai beragam reaksi dari warganet. Beberapa orang mengamini manfaat vitamin D3 dalam program penurunan berat badan, sementara yang lain mempertanyakan keakuratan klaim tersebut.
Dalam video tersebut, sang pengunggah berbagi pengalaman pribadinya yang berhasil menurunkan berat badan dengan mengombinasikan berbagai metode, seperti intermittent fasting, berjalan kaki 10 ribu langkah per hari, dan menjalani defisit kalori. Ia juga mengonsumsi vitamin D3, namun menekankan bahwa suplemen ini bukanlah obat pelangsing. Menurutnya, vitamin D3 hanya membantu prosesnya, tetapi tetap harus dibarengi dengan pola hidup sehat dan olahraga yang teratur.
Fenomena ini pun menarik perhatian para ahli gizi, termasuk dokter spesialis gizi klinik Johanes C Chandrawinata, SpGK. Ia menjelaskan bahwa banyak penelitian menghubungkan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi dan kadar lemak berlebih dengan rendahnya kadar vitamin D dalam darah. Ada beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebabnya.
Salah satu teori menyebutkan bahwa orang dengan obesitas cenderung kurang mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D. Selain itu, mereka juga mungkin lebih jarang terpapar sinar matahari atau memiliki kemampuan konversi vitamin D yang lebih rendah di kulitnya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa enzim yang diperlukan untuk mengaktifkan vitamin D dalam tubuh bisa lebih rendah pada orang dengan obesitas.
Namun, sebuah studi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jika kadar vitamin D dalam tubuh seseorang disesuaikan dengan ukuran tubuhnya, maka tidak ada perbedaan signifikan antara kadar vitamin D pada orang obesitas dan mereka yang memiliki berat badan normal.
Menariknya, ada pula penelitian yang membuktikan bahwa pengidap obesitas yang berhasil menurunkan berat badan cenderung mengalami peningkatan kadar vitamin D dalam darahnya. Salah satu penelitian yang melibatkan 218 orang dengan obesitas dan kelebihan berat badan menunjukkan bahwa peserta yang mengonsumsi vitamin D mengalami penurunan berat badan lebih banyak, rata-rata 3,2 kg lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang hanya mengonsumsi plasebo.
Beberapa teori mencoba menjelaskan bagaimana vitamin D dapat berperan dalam proses penurunan berat badan. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa vitamin D mungkin berperan dalam menghambat pembentukan sel lemak baru di dalam tubuh dan mengurangi penyimpanan lemak, sehingga mencegah akumulasi lemak berlebih. Selain itu, vitamin D juga dikaitkan dengan peningkatan kadar serotonin, yaitu hormon yang membantu mengurangi nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang, sehingga secara tidak langsung dapat membantu mengurangi asupan kalori dan mempercepat proses penurunan berat badan.
Di sisi lain, kadar vitamin D yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron, yang berperan dalam metabolisme dan pembakaran lemak. Dengan kata lain, vitamin D dapat membantu tubuh dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan berat badan.
Meskipun begitu, dr. Johanes menekankan bahwa metode utama dalam menurunkan berat badan tetaplah diet defisit kalori yang seimbang serta aktivitas fisik yang cukup. Kombinasi antara pola makan sehat dan gaya hidup aktif, seperti berjalan kaki 10 ribu langkah per hari, tetap menjadi kunci utama dalam mencapai berat badan ideal. Vitamin D3 mungkin dapat mendukung proses ini, tetapi bukan sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan penurunan berat badan.
Kesimpulannya, meskipun ada beberapa penelitian yang mengindikasikan bahwa vitamin D3 berpotensi membantu menurunkan berat badan, efeknya tetap harus didukung oleh pola hidup sehat dan defisit kalori. Bagi siapa pun yang ingin menurunkan berat badan, fokus utama tetaplah pada pola makan yang seimbang dan rutin berolahraga, sementara konsumsi suplemen seperti vitamin D3 bisa menjadi faktor tambahan yang membantu tetapi bukan satu-satunya solusi.(Courtesy picture:Ilustrasi gambar D3)