Penguatan IHSG dan Langkah Strategis Rupiah: Trump Effect dan DHE Baru
Jakarta, SOFUND.news – Pada perdagangan sesi pertama, Rabu 22 Januari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan hingga 1%, mencapai level 7.253,67 pada pukul 09:17 WIB. Pergerakan positif ini membawa IHSG tetap berada di atas level psikologis 7.200, didorong oleh sektor teknologi dan finansial yang menjadi motor utama penguatan. Emiten seperti Telkom Indonesia (TLKM), Bank Mandiri (BMRI), Amman Mineral Internasional (AMMN), DCI Indonesia (DCII), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menyumbang kontribusi besar dalam reli pasar.
Dengan nilai transaksi yang menembus Rp 1,9 triliun, volume perdagangan mencapai 2 miliar lembar saham dalam 181.538 transaksi. Kenaikan ini terjadi di tengah perhatian pasar yang tertuju pada kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Indonesia. Inaugurasi kedua Donald Trump sebagai Presiden ke-47 AS membawa dampak besar ke pasar global. Kebijakan proteksionisme dan pendekatan pro-bisnisnya memunculkan istilah “Trump Effect”, yang menjadi perhatian utama investor. Meskipun kontroversial, pendekatan ini diharapkan membawa peluang baru di sektor energi dan infrastruktur.
Di sisi lain, meski ancaman inflasi akibat tarif perdagangan tetap membayangi, peluang diversifikasi pasar ke negara seperti China dapat membantu Indonesia, terutama untuk produk berbasis serat nabati dan farmasi, sebagaimana data dari CORE Indonesia.
Revisi Aturan DHE: Strategi Baru Lindungi Rupiah
Dalam negeri, revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) menandai langkah tegas pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa aturan baru ini akan berlaku mulai 1 Maret 2025, mewajibkan eksportir menempatkan 100% hasil devisa di dalam negeri selama minimal satu tahun.
Airlangga menegaskan bahwa langkah ini bertujuan meningkatkan pasokan dolar dan memperkuat rupiah, yang selama ini tertekan oleh arus devisa yang mengalir ke luar negeri, dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan.
Aturan baru ini berlaku untuk sektor mineral, batu bara, perikanan, dan perkebunan seperti kelapa sawit, namun mengecualikan minyak bumi dan gas alam. Pemerintah juga memberikan keringanan bagi eksportir kecil dengan nilai transaksi di bawah 250.000 dolar AS, agar kebijakan ini tidak memberatkan pelaku usaha dengan modal terbatas.
Musim laporan keuangan kuartal IV-2024 dan tahun penuh 2024 turut memberikan sentimen positif yang diharapkan mendorong kepercayaan investor. Menko Airlangga optimistis, penguatan cadangan devisa yang dihasilkan dari kebijakan DHE akan memperkokoh fondasi ekonomi Indonesia di tengah tekanan global.
Dengan kebijakan strategis di tingkat global dan domestik, IHSG saat ini bergerak dalam lanskap yang penuh tantangan, tetapi juga menawarkan peluang besar bagi investor yang cermat membaca situasi.(Courtesy Picture:Website IDX)
Penguatan IHSG dan Langkah Strategis Rupiah: Trump Effect dan DHE Baru
Jakarta, SOFUND.news – Pada perdagangan sesi pertama, Rabu 22 Januari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan hingga 1%, mencapai level 7.253,67 pada pukul 09:17 WIB. Pergerakan positif ini membawa IHSG tetap berada di atas level psikologis 7.200, didorong oleh sektor teknologi dan finansial yang menjadi motor utama penguatan. Emiten seperti Telkom Indonesia (TLKM), Bank Mandiri (BMRI), Amman Mineral Internasional (AMMN), DCI Indonesia (DCII), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menyumbang kontribusi besar dalam reli pasar.
Dengan nilai transaksi yang menembus Rp 1,9 triliun, volume perdagangan mencapai 2 miliar lembar saham dalam 181.538 transaksi. Kenaikan ini terjadi di tengah perhatian pasar yang tertuju pada kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Indonesia. Inaugurasi kedua Donald Trump sebagai Presiden ke-47 AS membawa dampak besar ke pasar global. Kebijakan proteksionisme dan pendekatan pro-bisnisnya memunculkan istilah “Trump Effect”, yang menjadi perhatian utama investor. Meskipun kontroversial, pendekatan ini diharapkan membawa peluang baru di sektor energi dan infrastruktur.
Di sisi lain, meski ancaman inflasi akibat tarif perdagangan tetap membayangi, peluang diversifikasi pasar ke negara seperti China dapat membantu Indonesia, terutama untuk produk berbasis serat nabati dan farmasi, sebagaimana data dari CORE Indonesia.
Revisi Aturan DHE: Strategi Baru Lindungi Rupiah
Dalam negeri, revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) menandai langkah tegas pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa aturan baru ini akan berlaku mulai 1 Maret 2025, mewajibkan eksportir menempatkan 100% hasil devisa di dalam negeri selama minimal satu tahun.
Airlangga menegaskan bahwa langkah ini bertujuan meningkatkan pasokan dolar dan memperkuat rupiah, yang selama ini tertekan oleh arus devisa yang mengalir ke luar negeri, dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan.
Aturan baru ini berlaku untuk sektor mineral, batu bara, perikanan, dan perkebunan seperti kelapa sawit, namun mengecualikan minyak bumi dan gas alam. Pemerintah juga memberikan keringanan bagi eksportir kecil dengan nilai transaksi di bawah 250.000 dolar AS, agar kebijakan ini tidak memberatkan pelaku usaha dengan modal terbatas.
Musim laporan keuangan kuartal IV-2024 dan tahun penuh 2024 turut memberikan sentimen positif yang diharapkan mendorong kepercayaan investor. Menko Airlangga optimistis, penguatan cadangan devisa yang dihasilkan dari kebijakan DHE akan memperkokoh fondasi ekonomi Indonesia di tengah tekanan global.
Dengan kebijakan strategis di tingkat global dan domestik, IHSG saat ini bergerak dalam lanskap yang penuh tantangan, tetapi juga menawarkan peluang besar bagi investor yang cermat membaca situasi.(Courtesy Picture:Website IDX)