Sample Clone 1 Foto (tanpa quotes)

Last Updated: January 24, 2025By

Tingkat kemiskinan di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan yang signifikan.

Berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebanyak 24,06 juta orang, atau setara dengan 8,57 persen dari total populasi.Angka ini menjadi pencapaian terendah sejak BPS mulai mengumumkan data kemiskinan pada tahun 1960. Capaian ini juga mencatatkan sejarah baru, di mana tingkat kemiskinan di Indonesia untuk pertama kalinya menyentuh angka 8 persen, setelah sebelumnya selalu berada di atas 9 persen.Penurunan ini tidak hanya mengindikasikan keberhasilan berbagai program pengentasan kemiskinan, tetapi juga mencerminkan perbaikan signifikan dalam kualitas hidup masyarakat. Dibandingkan dengan data sebelumnya pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 1,16 juta orang, yang mencerminkan penurunan sebesar 0,46 basis poin dari 9,03 persen menjadi 8,57 persen dalam enam bulan.

Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi di seluruh wilayah, baik di perkotaan maupun perdesaan. Di wilayah perkotaan, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 590.000 orang, sementara di wilayah perdesaan jumlahnya berkurang sebanyak 570.000 orang. Meski demikian, masih terdapat disparitas yang cukup signifikan antara tingkat kemiskinan di kedua wilayah tersebut.

Pada September 2024, tingkat kemiskinan di perdesaan tercatat sebesar 11,34 persen, menurun dari 11,79 persen pada Maret 2024. Di sisi lain, tingkat kemiskinan di perkotaan berada pada angka yang lebih rendah, yakni 6,66 persen, turun dari 7,09 persen dalam periode yang sama. Walaupun perdesaan masih mencatat tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, laju penurunan kemiskinan di wilayah perdesaan terbilang lebih cepat. Penurunan tingkat kemiskinan di perdesaan mencapai 0,45 basis poin, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan sebesar 0,43 basis poin di wilayah perkotaan.

Garis Kemiskinan Nasional dan Perbedaan Kewilayahan

Pada September 2024, Garis Kemiskinan nasional tercatat sebesar Rp 595.242 per kapita per bulan, naik sebesar 2,11 persen dibandingkan dengan Maret 2024 yang sebesar Rp 582.932 per kapita per bulan.Secara wilayah, Garis Kemiskinan di perkotaan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Pada September 2024, Garis Kemiskinan di perkotaan mencapai Rp 615.763 per kapita per bulan, meningkat 2,52 persen dari Rp 600.507 per kapita pada Maret 2024. Sementara itu, di perdesaan, Garis Kemiskinan tercatat sebesar Rp 566.655 per kapita per bulan, naik 1,47 persen dari Rp 558.447 per kapita pada periode sebelumnya. Perbedaan ini mencerminkan tingginya kebutuhan biaya hidup di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan.

Capaian ini tidak lepas dari berbagai kebijakan strategis yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Program-program seperti bantuan sosial, subsidi pangan, serta peningkatan akses layanan kesehatan dan pendidikan diyakini berperan besar dalam menekan jumlah penduduk miskin. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan peningkatan lapangan kerja juga turut mendorong penurunan tingkat kemiskinan, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun demikian, meskipun tren penurunan ini sangat menggembirakan, tantangan masih tetap ada, terutama dalam mengatasi disparitas antara perkotaan dan perdesaan. Wilayah perdesaan masih menghadapi berbagai kendala seperti akses infrastruktur yang terbatas, rendahnya produktivitas pertanian, dan tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Oleh karena itu, percepatan pembangunan di perdesaan menjadi salah satu prioritas utama dalam upaya pengentasan kemiskinan secara menyeluruh.

Keberhasilan mencatat tingkat kemiskinan terendah sepanjang sejarah merupakan langkah penting bagi Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera. Meski demikian, keberlanjutan program-program pengentasan kemiskinan menjadi kunci untuk memastikan tren ini terus berlanjut.

Dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup, pemerataan pembangunan, dan pengurangan kesenjangan antarwilayah, Indonesia diharapkan dapat mencapai target yang lebih ambisius dalam penanggulangan kemiskinan.

Sample Clone 1 Foto (tanpa quotes)

Last Updated: January 24, 2025By

Tingkat kemiskinan di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan yang signifikan.

Berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebanyak 24,06 juta orang, atau setara dengan 8,57 persen dari total populasi.Angka ini menjadi pencapaian terendah sejak BPS mulai mengumumkan data kemiskinan pada tahun 1960. Capaian ini juga mencatatkan sejarah baru, di mana tingkat kemiskinan di Indonesia untuk pertama kalinya menyentuh angka 8 persen, setelah sebelumnya selalu berada di atas 9 persen.Penurunan ini tidak hanya mengindikasikan keberhasilan berbagai program pengentasan kemiskinan, tetapi juga mencerminkan perbaikan signifikan dalam kualitas hidup masyarakat. Dibandingkan dengan data sebelumnya pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 1,16 juta orang, yang mencerminkan penurunan sebesar 0,46 basis poin dari 9,03 persen menjadi 8,57 persen dalam enam bulan.

Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi di seluruh wilayah, baik di perkotaan maupun perdesaan. Di wilayah perkotaan, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 590.000 orang, sementara di wilayah perdesaan jumlahnya berkurang sebanyak 570.000 orang. Meski demikian, masih terdapat disparitas yang cukup signifikan antara tingkat kemiskinan di kedua wilayah tersebut.

Pada September 2024, tingkat kemiskinan di perdesaan tercatat sebesar 11,34 persen, menurun dari 11,79 persen pada Maret 2024. Di sisi lain, tingkat kemiskinan di perkotaan berada pada angka yang lebih rendah, yakni 6,66 persen, turun dari 7,09 persen dalam periode yang sama. Walaupun perdesaan masih mencatat tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, laju penurunan kemiskinan di wilayah perdesaan terbilang lebih cepat. Penurunan tingkat kemiskinan di perdesaan mencapai 0,45 basis poin, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan sebesar 0,43 basis poin di wilayah perkotaan.

Garis Kemiskinan Nasional dan Perbedaan Kewilayahan

Pada September 2024, Garis Kemiskinan nasional tercatat sebesar Rp 595.242 per kapita per bulan, naik sebesar 2,11 persen dibandingkan dengan Maret 2024 yang sebesar Rp 582.932 per kapita per bulan.Secara wilayah, Garis Kemiskinan di perkotaan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Pada September 2024, Garis Kemiskinan di perkotaan mencapai Rp 615.763 per kapita per bulan, meningkat 2,52 persen dari Rp 600.507 per kapita pada Maret 2024. Sementara itu, di perdesaan, Garis Kemiskinan tercatat sebesar Rp 566.655 per kapita per bulan, naik 1,47 persen dari Rp 558.447 per kapita pada periode sebelumnya. Perbedaan ini mencerminkan tingginya kebutuhan biaya hidup di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan.

Capaian ini tidak lepas dari berbagai kebijakan strategis yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Program-program seperti bantuan sosial, subsidi pangan, serta peningkatan akses layanan kesehatan dan pendidikan diyakini berperan besar dalam menekan jumlah penduduk miskin. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan peningkatan lapangan kerja juga turut mendorong penurunan tingkat kemiskinan, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun demikian, meskipun tren penurunan ini sangat menggembirakan, tantangan masih tetap ada, terutama dalam mengatasi disparitas antara perkotaan dan perdesaan. Wilayah perdesaan masih menghadapi berbagai kendala seperti akses infrastruktur yang terbatas, rendahnya produktivitas pertanian, dan tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Oleh karena itu, percepatan pembangunan di perdesaan menjadi salah satu prioritas utama dalam upaya pengentasan kemiskinan secara menyeluruh.

Keberhasilan mencatat tingkat kemiskinan terendah sepanjang sejarah merupakan langkah penting bagi Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera. Meski demikian, keberlanjutan program-program pengentasan kemiskinan menjadi kunci untuk memastikan tren ini terus berlanjut.

Dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup, pemerataan pembangunan, dan pengurangan kesenjangan antarwilayah, Indonesia diharapkan dapat mencapai target yang lebih ambisius dalam penanggulangan kemiskinan.

Berita Terkait

Berita Terkait